Sephia's New Leader
dengan bantuan hagai, kini alvarez tiba di istana sephia. ia segera masuk ke dalam, menyusul noe dan juga elvio yang telah sampai di sana sedari tadi bersama miguel dan gamaliel.
ia gerakkan tangannya, buat sihir biru miliknya bersinar mengelilinginya dan juga hagai. setelahnya, tubuh mereka menghilang. mereka langsung dibawa masuk ke dalam istana, menuju tempat dimana elvio sekarang berada.
“bagaimana kalian bisa bertemu?”
suara raja menggema marah di ruangan itu. tidak seperti dahulu, sang raja kini terlihat bertambah tua, begitu kesan pertama alvarez melihatnya.
“noe mendengar obrolan ayahanda dengan paman william, maka dari itu noe langsung menuju ke hutan mencarinya. ayah, kenapa ayah tega memisahkan kami berdua?”
“salahkan penyihir itu! apabila ia tidak datang hari itu dan memberikan kutukan kepada kalian berdua, kalian tidak akan seperti ini.”
hagai mengepalkan tangannya mendengar itu, lelaki itu hampir saja keluar dari persembunyian apabila alvarez tidak menahan pundaknya, “kenapa? dialah yang salah! kenapa kamu nggak membela diri, alva?”
“tunggu sebentar, hagai.” alvarez kembali tarik hagai ke belakang tubuhnya, mendengarkan bagaimana keributan di singgasana sang raja. demi tuhan, alvarez pun sama seperti hagai, ia juga ingin keluar dari persembunyiannya dan berikan pelajaran pada sang raja. namun ini bukan waktu yang tepat bagi mereka.
“kutukan apa, yang mulia? apa sekarang sudah berlaku bagi kami karena kami sudah bertemu?”
“ya, seharusnya.”
“kutukan apa, ayahanda? aku dan elvio juga menanyakan itu. tapi kenapa ayahanda tidak menjawab?”
sang raja duduk di singgasananya, ia memegang kepalanya seolah tengah merasa pusing, “kalian..” ucapannya menggantung. “kalian berdua dikutuk olehnya, apabila kalian bertemu, maka salah satu dari kalian tidak akan hidup lama.. ayahanda tidak ingin-”
“cukup sampai di sana, yang mulia.”
ucapan sang raja terpotong kala alvarez keluar dari persembunyiannya. ucapannya itu membuat semua menoleh ke arahnya, termasuk miguel dan gamaliel yang tadi telah dimaki habis-habisan oleh sang raja.
“alva?” alvarez dengar gumaman elvio, namun ia abaikan itu. ia berjalan mendekat pada saudara kembar disana, menghadap sang raja.
“siapa kamu?” tanya sang raja.
alvarez dibuat terkekeh dengan nada sinis itu. ia memejamkan mata, buat sihir biru yang tidak asing di mata raja itu kembali muncul. sihir itu mengubah pakaian yang dikenakan alvarez menjadi jubah yang sama yang dipakainya saat hari itu.
“kamu! penjaga bawa dia pergi!”
alvarez mengangkat tangannya, buat penjaga yang telah berlari ke arahnya berhenti bergerak. ia tersenyum jenaka dan tersenyum pada sang raja.
topi jubahnya ia buka, tampilkan kembali wajahnya. ia ingin sang raja berkata-kata sembari tatap matanya.
“apa yang kamu mau? tidak cukupkah membuat keluarga ku berantakan?”
“aku? membuat keluarga anda berantakan?” alvarez tertawa, “aku atau anda sendiri?”
“jangan berani-beraninya kamu berkata seperti itu kepada rajamu!”
“you're not and will never be my king.”
sang raja tak balas apapun lagi, di ruangan -yang sama tempat perayaan kedua pangeran dulu dilaksanakan- itu kembali hening. rasanya dejavu. namun alvarez tak peduli itu, ia kembali keluarkan suaranya.
“anda pikir saya tidak tahu rencana anda atas kedua putra anda?” ia bertanya pelan, matanya melirik pada elvio dan juga noe yang tengah menatapnya. “anda akan menjodohkan mereka dengan raja utara dan barat demi mendapat uang, iya? anda juga berkata pada mereka bahwa mereka bebas melakukan apa saja kepada kedua putra anda asalkan mereka tetap memberikan uangnya kepada anda?”
“dan sekarang anda memfitnah saya memberikan kutukan seperti itu kepada mereka? raja macam apa anda ini?”
“kamu!”
amarah sang raja tak alvarez pedulikan. bahkan ketika pedang milik sang raja kini telah sampai di hadapannya, ia pegang bilah pedang itu. tantang sang raja untuk melukainya sekarang juga.
tangannya yang kini meneteskan darah tak ia pedulikan, matanya terus menatap pada raja sephia itu.
“saya memberikan kutukan kepada elvio agar ketika ia bertemu dengan saudara kembarnya, ia akan memberikan kutukan pada saudara kembarnya untuk jatuh cinta kepada seseorang yang tidak akan anda kira. aku tahu bagaimana pemikiran anda yang mulia.”
“setelah saya menyebut nama elvio, anda akan mengira elvio lah yang saya berikan kutukan pertama kali. kemudian anda akan bawa jauh elvio dari saudara kembarnya hingga mereka berumur sembilan belas tahun dan kemudian membawa ia kembali untuk memberikannya kepada raja-raja itu. di lain sisi, noe, akan tetap berada bersama anda, mengikuti perintah anda untuk dijodohkan. maka dari itu, aku berikan kutukan tersebut. supaya noe jatuh cinta bukan kepada orang yang anda pikirkan dan elvio tumbuh jauh dari anda.”
“saya tidak akan biarkan disaat elvio tahu bahwa anda adalah ayahanda nya, ia akan menurut. tidak akan pernah.”
elvio membelalakan matanya mendengar penjelasan dari lelaki itu. seorang yang dikiranya jahat itu, ternyata melindunginya dan sang saudara kembar dari kejahatan sang ayah.
yang mulia, bisa-bisanya anda seperti ini kepada putra anda sendiri.
aku tidak menyangka selama ini ceritanya seperti itu.
turunkan raja sephia dari jabatannya, ia tidak layak dikatakan sebagai seorang raja!
sang raja yang mendengar bisik-bisik itu menoleh pada pintu aula, seluruh rakyat berkumpul di sana, menyaksikan seluruh kejadian tadi. tangannya melemas sehingga pedang yang tadi diarahkan pada alvarez jatuh begitu saja ke lantai.
“tidak, tidak mungkin,” ia menggeleng dan tertawa. susah payah ia dapatkan posisi ini, ia tak akan pernah rela jabatannya jatuh begitu saja. ia meremat rambutnya kemudian berlari keluar, buat mahkotanya jatuh begitu saja di atas lantai, menyusul pedangnya.
salah seorang petinggi kerajaan mengambil mahkota itu, ia berjalan pada elvio dan berikan mahkota itu.
“pangeran elvio, mungkin anda dapat mengambil posisi ayah anda setelah ini, karena anda adalah yang tertua,” elvio yang dengar itu menoleh pada noe yang mengangguk sembari tersenyum.
alvarez juga turut tersenyum melihat itu. ia bahagia untuk elvio, tentu saja. bagaimana mungkin ia tidak turut bahagia melihat cintanya kini telah mendapat keadilan?
ah, sudahkah kukatakan bahwa alvarez mencintai elvionya? kurasa itu tidak perlu sebab caranya melindungi lelaki manis tersebut sudah menunjukkan dengan jelas bahwa ia mencintainya dengan sangat.
lelaki dengan hadiah dari semesta itu membalikkan tubuhnya, ia ajak hagai untuk mengikutinya. hagai tidak rela tentunya, namun tatapan alvarez kali ini memintanya untuk tidak melawan.
“alva, haruskah kita pergi tanpa dengar apa yang dikatakan elvio soal kenyataan yang baru dia tahu?” ia bertanya, memegang bahu alvarez yang berjalan mendahuluinya.
“tinggalah jika kamu ingin. ia tidak mau lagi melihatku.”
“siapa yang bilang kamu bisa pergi begitu saja?”
alvarez hentikan langkah yang membawanya keluar dari lingkungan kerajaan ketika ia mendengar suara milik elvio. lelaki itu kemudian menoleh, temukan elvio memang berada di belakangnya bersama dengan dua burung kecil di pundaknya, hagai.
“anda sendiri, yang mulia,” alvarez tersenyum kecil pada elvio. netranya menatap bangga melihat mahkota berkilau yang berdiri tegak diatas kepala cintanya.
elvio yang dengar jawaban antarez terkekeh, “kalau begitu aku memintamu untuk diam sekarang.”
“lalu? apa yang harus saya lakukan setelahnya?”
tak menjawab, elvio berlari menuju alvarez dan peluk lelaki yang lebih tinggi darinya itu. “jangan pernah melangkahkan kakimu jauh dariku lagi, bahkan walau itu lima langkah saja, tidak boleh.”
alvarez tersenyum dan balas pelukan lelakinya, “jika saya melanggarnya?”
“melanggar atau tidak, kamu tetap akan dihukum untuk menjadi milikku selamanya.”
“i'd like that.”