Little Princes
semua orang berbahagia hari ini. mereka berbondong-bondong menuju ke istana untuk turut merayakan kebahagiaan bersama sang raja juga ratu. hari kelahiran pangeran sephia.
namun, yang tidak diketahui para rakyat adalah sang ratu lahirkan pangeran kembar. mereka baru mengetahuinya ketika mereka masuk ke dalam ruangan tempat perayaan digelar.
ketika tahu bahwa pangeran mereka lahir, mereka memang bahagia. tetapi begitu mengetahui bahwa ada dua pangeran yang lahir di hari yang sama, mereka khawatir.
sebab sephia memiliki kepercayaan bahwa setiap kali anggota kerajaan memiliki seorang anak kembar, seorang penyihir akan datang untuk memberikan salah satunya kutukan.
para tetua pun kerap berkata bahwa kembarannya tak juga terlepas dari kutukan yang diberikan.
suasana yang awalnya bahagia itu, kini menjadi penuh rasa khawatir. pun juga dengan raja dan ratu yang sedari awal tidak menyetujui adanya acara memperkenalkan kedua putra mereka seperti ini. mereka tak ingin kedua putranya mendapatkan hal yang seperti itu.
memang sudah lama sekali mereka tidak melihat kedatangan penyihir itu, namun mereka tetap mempercayainya. sebisa mungkin mereka menghindari kedatangannya.
bagaimana bisa ratu lahirkan bayi kembar?
pangeran yang malang, penyihir akan datang dan memberi mereka kutukan.
kenapa tidak sedari awal diumumkan? tahu begini aku tidak akan mengikuti perayaan ini.
tak pedulikan sang raja dan ratu yang mendengar ucapan mereka, mereka tetap berbicara. mereka hanya ingin pemimpinnya tahu bahwa khawatir akan kedatangan penyihir itu.
mendengar bagaimana tidak sopannya rakyat sephia berkata-kata, sang raja menggeram marah. ia berdiri dari kursi singgasananya, “siapa yang tahu bahwa kami akan memiliki putra kembar?! ini adalah anugerah dari tuhan dan kami mensyukuri itu! lagipula mendengar darimana kalian soal penyihir itu, hah? jika memang benar adanya biarkan ia datang! buktikan padaku bahwa ia memang ada! dari awal diriku lahir pun, aku tidak pernah melihatnya, jadi jangan mengada-ngada!”
tepat setelah sang raja ungkapkan amarahnya, pintu ruangan tempat mereka gelar perayaan itu terbuka. angin yang kencang bertiup masuk, diikuti kehadiran seorang berjubah hitam dengan senyum di wajahnya.
bukan, bukan senyum bahagia tentunya.
sang raja dan ratu membelalak kaget, “yang mulia, tidak seharusnya anda menantang seperti tadi..” sang ratu berdiri dari duduknya, mendekat pada sang raja yang membeku di tempatnya.
semua yang ada di sana menyingkir ke samping, ketakutan. namun dengan seperti itu, mereka seakan beri jalan bagi sosok berjubah itu untuk berjalan ke depan, menuju hadapan raja dan ratu serta bayi kembarnya yang tengah tertidur dengan tenang.
“siapa kamu?” sang raja berkata, mendekat pada box kayu tempat kedua putranya tertidur. melindunginya.
tawa dari sosok itu terdengar, “siapa aku? bukankah tadi anda sendiri yang memanggilku datang?”
laki-laki, penyihir itu laki-laki.
mendengar bisikan dari salah seorang rakyatnya, sang ratu menahan lengan sang raja, “berhati-hatilah, yang mulia. jangan sampai dia menyakiti kedua putra kita,” bisiknya.
“menyakiti?” sosok itu tersenyum, “aku tidak akan menyakiti kedua putra kalian, awalnya. tetapi anda memanggilku datang, yang mulia.”
sosok itu berjalan pelan, menuju box yang berada di dekat sang raja. matanya terus tatap kedua pangeran itu, membuat sang raja siaga apabila sosok tersebut melakukan sesuatu pada mereka.
“elvio, nama yang cantik.”
setiap kata yang keluar dari bibir si penyihir terdengar mengerikan.
“jangan berani menyentuh putraku.”
sosok itu membuka mulutnya, berakting seolah ia tengah terkejut. kemudian ia kembali tersenyum dan menggerakan tangannya. sihirnya yang berwarna biru itu muncul mengelilingi box milik kedua pangeran sephia.
“jangan takut, yang mulia. saya tidak akan menyentuh mereka dengan tangan saya. saya dapat melakukannya dari sini.”
“ka—”
“ssst!” si penyihir berikan telunjuknya, pertanda bahwa ia tak ijinkan sang raja untuk berbicara. ia tatap raja dan ratu sejenak sebelum kembali menoleh pada kedua pangeran yang telah dikelilingi sihirnya.
“aku tidak memberikan kutukan kepada mereka, tetapi hadiah,” katanya yang buat sihir birunya semakin tinggi bergerak mengelilingi box itu, “kedua pangeran sephia akan tumbuh dengan wajah nan rupawan. mereka akan tumbuh besar dengan jiwa pemberani dan penyayang. jenius, begitu juga orang-orang akan memanggil mereka.”
“terima kasih, itu adalah-”
“tetapi,” satu kata itu dikeluarkan si penyihir dengan suara lantang, memotong ucapan sang ratu. ia tersenyum sebelum kembali melanjutkan, “tetapi tepat di umur mereka yang ke delapan belas tahun, disaat keduanya bertemu, salah satu dari mereka akan berikan kutukan pada saudaranya, bahwa saudaranya akan jatug cinta kepada sosok yang tidak pernah ayahanda serta ibundanya kira.”
setelahnya sihir berwarna biru itu menghilang. sang penyihir berikan senyum sebelum mengibaskan jubahnya. bersamaan dengan itu, sosoknya menghilang, menghantarkan keheningan di ruangan itu.
ia tidak mengutuk satu tetapi keduanya?
kurasa raja telah membuat kesalahan besar padanya.
keadaan di ruangan itu ricuh seketika. sang raja segera memanggil orang kepercayaannya kemari. ia juga memaki para pengawal yang tidak menjaga pintu dengan baik.
“elvio, dia menyebut namanya. bawa dia jauh dari kembarannya, pisahkan mereka hingga umur mereka menginjak sembilan belas tahun. jangan biarkan mereka bertemu.”
“yang mulia, tapi-”
sang raja tak membiarkan sang ratu mengeluarkan suaranya, “ikuti perintahku. bawa elvio untuk tinggal di tempat yang jauh, jaga dia baik-baik.”