Life's Like Balloon

warn! harshwords, family issue, mention of death, broken english, grammar error

selepas mengatasi detak jantung tak normal tadi, keduanya memutuskan untuk berjalan masuk ke dalam istana. bersama riley kecil tentunya.

this is weird,” riley menggumam saat menatap sekitar lorong istana yang terlihat sepi. dongeng yang dibacakan oleh kak iel dulu sepertinya tidak begini. istana selalu ketat oleh penjagaan.

tapi kenapa kali ini sepi sekali?

“iya aneh, kak rai. sebelumnya nggak gini,” riley kecil di gendongan jazel juga turut menjawab. lelaki kecil itu akhirnya digendong oleh jazel sebab kaki kecilnya tak sanggup samakan langkah dengan jazel serta riley, sebab itu ia meminta digendong oleh jazel.

“berhenti ditempat!”

tubuh jazel serta riley menegang mendengar suara pedang diarahkan kepada mereka. dikala keduanya membuka mata, mereka sudah dihadang oleh beberapa pengawal yang lengkap dengan pedang di masing-masing tangan kanan mereka.

riley kecil langsung memeluk leher jazel dengan erat. ia pejamkan mata dan tenggelamkan wajahnya di ceruk leher jazel.

“bawa mereka kemari,” suara dari balik pintu terdengar, setelahnya jazel serta riley digiring masuk ke dalam ruangan tersebut. yang mana adalah singgasana sang raja.

di hadapan raja, jazel juga riley saling melirik. mereka tak tahu harus melakukan apa sebab mereka pun tidak berasal dari sini. dengan kata lain, mereka tersesat.

“beraninya kalian masuk ke dalam istana tanpa ijin dariku. siapa kalian?”

“tidak ada penjaga yang menjaga di luar. kami memang ada keperluan di sini, karena itu kami masuk ke dalam dan mencari anda.” little lie won't hurt, right? jazel meringis di dalam hatinya sembari menjawab.

“ada keperluan apa?”

jazel bodoh! riley mengumpat dalam hati. sedari dulu temannya ini memang tak pintar mencari alasan, lantas mengapa ia berani menjawab sang raja? apalagi keduanya bukan berasal dari sini. matilah mereka jika salah menjawab.

“kami berasal dari negeri yang jauh, yang mulia,” riley menjawab. kemudian tanpa sengaja netranya tangkap riley yang masih bersembunyi di ceruk leher jazel. “kami ingin membantu riley, adik kami.”

jazel menoleh pada riley terkejut, namun temannya itu hanya mengangguk. berikan isyarat pada jazel untuk membawa riley menghadap raja. lelaki itu kemudian berbisik pada riley kecil, “sayang, kamu mau ketemu sama mama papa kan? bilang sama raja ya? biar mereka bantu carikan mama papamu.”

perlahan, riley kecil lepaskan pelukan eratnya dan diturunkan oleh jazel. ia menghadap raja. namun betapa terkejutnya raja ketika tatap wajah dari riley. dalam hitungan detik tangannya bergerak dan para pengawal kembali mengepung jazel serta riley.

“jauhkan anak itu dari hadapanku!”

salah satu pengawal hampir menarik tangan riley kecil, namun riley mencegahnya. ia bawa lelaki kecil itu ke dalam pelukan. menjaganya dari para pengawal juga raja.

you can't do this to a little child, your highness!” riley berkata.

“aku tidak mau ada kesialan lagi di istana ini, jadi jauhkan dia dari sini!”

what's wrong with you?!” riley hampir melangkahkan kaki mendekat pada sang raja, namun lengannya ditahan oleh para pengawal. saat jazel mau menolong, lengannya juga turut dipegangi. namun genggaman tangannya juga riley masih dengan erat memegang tangan riley kecil.

is that how you talk to your king?!

you have no right to do this.

sang raja berdiri dari singgasananya, ia turun perlahan dari tangga-tangga kecil di sana. “kalian ada di wilayahku. tempat aku memimpin. aku punya hak untuk memerintah kalian dan melakukan apapun pada mereka yang tidak menaati aturan di sini.”

“rai!” dari kejauhan, tiba-tiba terdengar suara. semua yang ada di ruangan itu menoleh dan temukan seorang anak laki-laki lengkap dengan mahkotanya berlari pada riley yang berada di antara jazel serta riley.

“azel!”

mata jazel serta riley membelalak ketika temukan lagi nama yang tidak asing. mereka lantas menatap wajah anak lelaki yang kini memeluk riley.

jazel kecil. keduanya ingat dengan baik wajah itu.

you can't hurt my rai!” jazel kecil memeluk erat tubuh rai dan menatap sengit ke arah raja.

“pangeran jazel, bagaimana bisa di sini?” dapat jazel serta riley dengar suara sang raja berubah menjadi lembut, membuat mereka berdua kembali saling melirik, melemparkan tatapan bingung.

i always come here to wait for my rai. you can't hurt him anymore!”

“azel, you're a prince?” jazel kecil menatap riley di pelukannya, namun ia tak mengindahkan itu. ia tetap menatap sengit sang raja.

“mama bilang, nama pangeran aku itu riley, rai! sekarang rai di sini, paman nggak bisa jauhin rai dari aku lagi.”

“pangeran, riley dulu buat mamanya, ratu, meninggal setelah gendong dia. please, don't touch him. i don't want you to get hurt. dia pembawa sial.”

demi tuhan, riley dan jazel tak dapat menahannya lagi. persetan dengan para pengawal yang bisa buat mereka terluka kapan saja. mereka maju ke depan dan bawa jazel serta riley kecil ke dekat mereka. “atas dasar apa? atas dasar apa anda bisa berkata jika riley adalah pembawa sial. for fucking sake, he's just a five years old kid. anda tidak bisa seperti itu!”

“kamu tahu apa?” sang raja membalas ucapan riley.

we might not know everything. tapi kita tahu gimana cara menghargai ciptaan tuhan, yang mulia,” jazel berkata, tak pedulikan lagi wajah sang raja yang mengeras menahan emosi, “riley, jazel, anda, saya, semua diciptakan oleh tuhan. semuanya mulia di matanya dan anda tidak berhak berkata bahwa seseorang adalah pembawa sial. karena segala-galanya yang terjadi, sudah digariskan oleh takdir.”

“papa, kamu papanya aku, kan?” riley kecil mengeluarkan suara di pelukan jazel.

“papa, ibu-ibu peri selalu bilang sama aku. hidup itu kaya balon. harus selalu diisi sama yang baik biar bisa naik ke atas. waktu balonnya udah bisa naik, zie bilang jangan lihat kebawah. harus selalu lihat ke atas biar balonnya bisa naik terus.”

“papa, maaf karena rai. papa nggak bisa ketemu mama. rai nggak pernah lihat mama, rai juga kangen. hiks!” tubuh kecil itu menangis di pelukan temannya.

hening sejenak, hanya tangisan riley kecil dan suara jazel yang menenangkannya yang terdengar di sana. hingga akhirnya sang raja membuka suara.

“riley.. maafin papa.” sang raja mendekat pada putranya yang masih berada di pelukan jazel kecil, memberikan putranya sebuah pelukan yang memang pantas didapatkan oleh anak kecil itu.

lelaki tampan delapan belas tahun itu kemudian menggandeng tangan temannya yang sedari tadi terdiam menatap riley kecil. si lelaki manis refleks mendongak dan temukan jazel tengah tersenyum. lelaki taurus itu hapus air mata riley yang secara tak sadar turun. “i think, this not for us to see? let's go home, will you?

riley menunduk kemudian mengangguk cepat, “yeah, we have to go.

dengan tangan yang digenggam oleh jazel, riley berjalan beriringan bersama sahabatnya itu. keduanya berjalan keluar dari istana dengan jemari jazel mengelus punggung tangan riley. “you okay?” pertanyaan itu keluar dari mulut jazel.

yeah.” namun jazel tahu, bukan jawaban itu yang berasal dari hati riley. jazel tak mengatakan apa-apa lagi, ia biarkan riley menyegarkan pikirannya dulu. namun sesuatu membuat langkahnya terhenti dan riley menatapnya bingung.

“kenapa?” tanya riley.

“kita.. baliknya ke dunia kita gimana, rai?”

benar juga.