The Stars Choose Our Love

warn! lowercase, broken english, grammar error, accident, mention of death

hari ini adalah harinya. dimana tim mereka akan pergi ke luar angkasa, mereka berharap supaya mereka dapat mengembalikan bintang-bintang yang diramalkan akan menghilang dalam beberapa tahun tersebut.

dengan sang raja, mereka bertujuh akhirnya masuk ke dalam kapal luar angkasa. mikhael yang memimpin meminta mereka semua duduk di kursi masing-masing dan mempersiapkan apa yang harus mereka lakukan.

ready?” tanya sang leader dengan senyum pada semua rekannya.

ready!”

jawaban itu diterima mikhael dengan senyuman sebelum akhirnya lelaki itu membalikkan tubuhnya dan menghidupkan mesin. tak sampai lima menit, kini kapal luar angkasa tersebut telah berada di luar angkasa.

kapsul-kapsul kecil setiap tim juga sudah muncul, yang mana artinya para tim harus masuk ke kapsul mereka dan menghancurkan penghalang jalan mereka menuju pusat galaksi agar dapat dilewati oleh kapal yang dikendalikan mikhael.

elijah memasuki kapsulnya terlebih dahulu diikuti oleh aresa. jujur saja, aresa terharu, walau mereka tengah 'bertengkar' seperti ini, elijah tetap membantunya naik. lelaki itu memberikan tangannya agar aresa dapat naik dengan mudah, seperti biasanya.

forget our problem today, let's save the stars first,” elijah berkata pada aresa yang sudah duduk di kursinya dengan senyum tipis.

aresa menahan nafasnya melihat itu, tetapi sedetik setelahnya ia tersenyum dan mengangguk. setidaknya elijah masih mau melakukan ini bersamanya, aresa bersyukur.

ready?

aresa mengangguk mantap mendengar pertanyaan elijah, “ready.” maka setelahnya elijah hidupkan mesin dari kapsul tersebut dan mereka keluar dari kapal terbang.

berbekal pengalaman mereka selama berlatih, aresa dan elijah serta rekan team mereka berhasil singkirkan halangan dengan mudah. hingga kini, mereka sampai di pusat galaksi, tempat dimana pergerakan bintang diatur, seperti yang dikatakan oleh sang raja disaat hari pertama.

“turun, you go first,” elijah berkata sembari membuka pintu kapsul untuk aresa. lelaki manis itu kemudian turun diikuti oleh elijah. mereka berdua berkumpul bersama rekan yang lain sebelum akhirnya masuk bersama ke dalam.

bentuknya seperti gua, begitu kesan pertama dari aresa. namun makin masuk ke dalam, mereka dapat lihat keindahannya. di dalam sana memang gelap, namun ada bintang-bintang yang menerangi tempat itu.

this is so-

“beautiful, right?” ucapan aresa terpotong oleh elijah yang berada di sebelahnya, yang juga tengah memandangi bintang-bintang di atas sana. aresa mengangguk mendengar itu, “iya, cantik.”

i hope i can be as pretty as the stars. so that you can call me beautiful like you called them.

you're more beautiful, ca.

“huh?” tak indahkan aresa yang melongo dengar itu, elijah kini berjalan menyusul halen yang berada di depannya. merangkul pundak temannya sebab ini adalah mimpi mereka sedari mereka masih remaja. mereka ingin turut berperan memperbaiki alam semesta.

he's looking at you,” kata halen berbisik pada elijah di sebelahnya. elijah hanya membalasnya dengan senyum.

dapat mereka lihat kini sang raja keluarkan alat yang dikatanya akan membuat bintang dapat bergerak teratur seperti dahulu kala, namun elijah mengernyit melihat alat tersebut.

pun ketika sang raja menjelaskan cara kerja alat tersebut, elijah menggeleng. “this is not gonna work,” gumamnya yang dapat didengar oleh halen.

lelaki yang menjadi teman elijah semenjak masa sma itu pun menoleh pada sang raja yang telah hidupkan alat tersebut. halen tahu bahwa elijah sangat pintar dalam hal seperti itu dan ia khawatir apabila apa yang dikatakan elijah benar adanya.

“aku ingin, anakku lah yang memegang alat ini, aku ingin namanya yang dikenal sebagai penyelamat galaksi, aresa.”

semuanya terperangah menatap aresa yang namanya dipanggil oleh raja. kecuali elijah tentunya, lelaki itu tak mengindahkan tatapan kaget halen di sgebelahnya.

“aresa kemarilah.”

yang namanya disebut melangkah ragu lewati teman temannya yang masih memasang paras terkejut. “ayah, i don't want this,” cicitnya disamping sang ayah.

why? kamu mau malu-maluin ayah ke teman-teman tim kamu? kamu ini pangeran dan kamu harus mendapat pengakuan yang lebih dari mereka,” sang raja berkata pelan, namun semua masih dapat mendengar itu.

“ayah.”

“cepat, aresa.”

elijah menghela nafasnya mendengar itu. entah mengapa perangai sang raja selalu buat dirinya kesal.

melihat aresa tak kunjunhg bergerak, sang raja akhirnya hidupkan alat yang sudah ditaruhnya di tangan aresa sedari tadi. dan saat alat tersebut menyala, bintang-bintang yang tadinya tersebar sekarang bersusun rapi berbentuk kubus.

“za, do you think it'll work?” halen berbisik pada elijah. namun lagi elijah menggeleng, “no. kita nggak bisa paksa semesta buat 'teratur'. kita harusnya buat mereka 'bersedia' untuk itu.”

dan tepat setelah itu, alat di tangan aresa terlempar ke belakang dan bintang-bintang tersebut kehilangan cahaya. mereka mulai berjatuhan ke bawah seperti batu.

sesuai dengan apa yang dikatakan elijah.

tangan aresa bergetar melihat itu, ia gagal. bintang-bintang yang menjadi tempatnya melepas rindu dengan sang bunda kini hilang karena dirinya. alat itu ada padanya, ia yang membuat mereka semua redup.

i've said it to you, yah! i don't want to do this!

hening, mereka semua tak dapat berkata apa-apa. semua waktu dan tenaga yang mereka gunakan untuk berlatih rasanya sia-sia saja.

tetapi ditengah keheningan itu, elijah mendengar sesuatu. maka ia perlahan mundur dari posisinya dan mencari asal suara tersebut. kemudian dibalik batu, dapat dilihatnya satu bintang masih bercahaya. bintang tersebut mengeluarkan sebuah musik.

maka diambilnya lah bintang tersebut dan ia memejamkan mata.

ingat apa yang dikatakan nathaniel saat itu? iya benar, elijah dapat mendengar suara hati seseorang dan juga aura suatu benda. telinganya adalah kelebihan yang selalu ia syukuri.

mereka yang ditakdirkan oleh bintang, biarlah bersatu.

entah darimana elijah mendapat kata-kata itu. namun, ia putuskan membawa bintang itu kepada teman-temannya. “e-eli?” aresa yang melihat elijah tersadar dengan apa yang dibawa lelaki itu.

“mereka yang ditakdirkan oleh bintang, biarlah bersatu,” elijah mengeluarkan suara. semua memandangnya bingung. hingga nathaniel mendekat padanya, “bawa lebih tinggi, eli.”

elijah pun mengangkat kedua tangannya yang memegang bintang tersebut, bawa bintang itu lebih tinggi. dan setelahnya bintang tersebut mengambang di udara, berjalan menuju aresa.

“coba bawa ke atas lagi, re.” dan bintang tersebut terbang kembali pada elijah.

melihat itu cleve yang sedari tadi terdiam tersenyum senang, “mereka yang ditakdirkan oleh bintang, biarlah bersatu!” serunya, “itu kak are sama kak eli. guys, the stars choose you!

keduanya mengerjap. hingga musik yang sama yang didengar oleh elijah tadi kini terdengar oleh mereka semua. bintang bintang yang tadi menghilang cahayanya kini menyala redup mengelilingi elijah dan aresa.

bintang-bintang itu seakan meminta elijah dan aresa untuk mendekat pada satu sama lain seiring dengan nyanyian mereka.

go,” dengan senyumnya yang penuh arti, nathaniel mendorong elijah pelan untuk menghampiri aresa. ketika keduanya sudah saling berhadapan, elijah mengulurkan tangannya.

“huh?”

let's dance with the stars, eca,” ucapnya. mata aresa berkaca-kaca dengar kembali panggilan itu. maka ia terima uluran tangan elijah dan menari bersama mengikuti nyanyian bintang.

mata keduanya tidak terlepas dari satu sama lain, senyum pun tidak pergi dari wajah keduanya. “jadi ini maksudnya 'biar takdir yang tentuin', hm?” aresa bertanya, kembali mengingat percakapannya dengan elijah beberapa saat lalu.

i guess the destiny is truly on our side, huh?

keduanya melempar senyum, dan perlahan bintang-bintang itu kembali bersinar terang, membawa elijah dan juga aresa terbang bersama mereka, masih dengan nyanyian merdu yang terdengar indah di telinga.

“kalah telak lo, len, beneran ini,” mikhael terkekeh, ia berkata pada halen.

“emang dari awal udah kalah, kak. orang aresanya aja cinta.”

mendengar jawaban halen, rekan se tim mereka tertawa bersama. mereka sadar bahwa mereka tidak akan pernah bisa gantungkan harap pada takdir. namun hari ini mereka lihat bagaimana indahnya takdir bekerja untuk elijah dan juga aresa.