Star Team Go!

warn! lowercase, broken english, grammar error

sesuai dengan apa yang telah diperintahkan oleh sang leader, mikhael. ketujuh anggota tim yang dibuat untuk memperbaiki keadaan para bintang itu keluar dari kamar mereka pada pukul setengah tujuh.

mereka tidak akrab sama sekali tentu saja. ini pertemuan pertama mereka, kecuali untuk elijah dan halen. tetapi mereka tetap lemparkan senyum pada satu sama lain, menyatukan tangan mereka, berdoa bersama untuk berharap supaya segala kegiatan mereka hari ini dapat berjalan dengan lancar.

as you guys know, walaupun baru tadi pagi, gue mikha. gue nggak tahu kenapa mereka bisa pilih gue jadi leader, mungkin karena gue paling tua atau gimana, gue gak tahu. but i promise, i'll do my best,” sosok lelaki bernama mikhael itu berikan senyumnya yang dibalas oleh yang lain.

let's do our best, kak!”

mereka bersama menyahut dan setelahnya berjalan bersama menuju aula yang telah disediakan oleh sang raja sebagai tempat mereka berlatih.

elijah tahu bahwa istana memang memiliki banyak inovasi yang keren, yang mempermudah manusia dalam pekerjaannya sehari-hari. namun, lelaki itu tidak tahu bahwa inovasi yang ada di istana akan sebanyak ini.

bayangkan saja, disepanjang perjalanan mereka, ada robot-robot setinggi bahu elijah yang berlalu lalang menjaga sekitar istana. ada juga yang membawa sebuah wadah kecil yang berbentuk sebagai pasta gigi, yang elijah tidak tahu apa itu.

“hei,” sibuk mengagumi istana, elijah terkejut kala ada yang menyenggol lengannya. lelaki itu berjengit sebelum akhirnya bernafas lega saat lihat siapa yang memanggilnya. Aresa, si lelaki manis yang memberinya kesan pertama cukup... unik?

“are?”

yang disebut namanya mengangguk dan tersenyum. karena jalan menuju aula tempat mereka berlatih masih panjang, maka aresa berjalan di samping elijah. “mhmm, betul. aku are. kamu kenapa kok kelihatan bingung gitu?”

“gu-aku..”

“pake lo-gue aja nggak papa kalau nggak nyaman,” aresa menutup mulutnya, terkikik geli mendengar keraguan lawan bicaranya. “lagian aku memang kebiasa gini dari kecil.”

“tapi rasanya kasar banget kalau ngomong langsung.”

it's up to you,” aresa berkata sembari mengedikkan bahu, pertanda bahwa ia memang sudah memberikan ijin pada elijah, jadi elijah bebas memilih mau bagaimana.

“aku bingung aja.”

“hm?”

“ya bingung. disini banyak banget barang-barang yang nggak aku tahu. di daerahku nggak ada yang kaya gitu. salah satunya yang kaya pasta gigi yang dibawa sama robot itu,” katanya menunjuk salah satu robor yang membawa nampan berisi barang yang dimaksudnya.

aresa yang terkejut ditodong oleh kata-kata yang banyak dari orang yang dianggapnya paling cuek itu terperangah. hey, ia terkejut rekan se timnya ini bisa berbicara banyak.

“are?”

“e-eh iya maaf. aku hilang fokus.”

it's okay.”

netra lelaki manis itu kemudian menoleh pada barang yang dimaksud oleh elijah, “oh itu.. itu makan siang kita hari ini, kayanya. sekarang banyak kok di daerah-daerah kerajaan sini yang makai itu. kamu nggak pernah?”

“aah..” elijah mengangguk paham, tapi setelahnya ia tersenyum dan menggeleng, “papaku selalu masak di rumah. aku selalu makan di rumah walaupun memang udah kerja.”

wow, you're a good son. yeah?

elijah tertawa, “i'm still trying to. but thank you, eca.”

“huh?” aresa kembali dibuat melongo kala mendengar nama yang asing ditelinganya. elijah yang melihat itu hanya terkekeh dan mempercepat langkahnya, menyamai halen yang sudah berjalan di depan.

“e-eeeeh! akunya jangan ditinggal, eli!”

ya memang mau bagaimana lagi, aresa tak diberi waktu untuk melongo sebab waktu terus mengejar.


“baiklah, setelah menerima beberapa perkenalan ini. kami akan membagi kalian menjadi kelompok. kalian dapat mengambil nomor masing masing satu dan duduk di satu kapsul yang sama. di luar angkasa nanti, kalian akan bekerja bersama-sama, jadi latih karakter itu di tempat ini. bekerja samalah.”

selepas mendapat beberapa pengenalan dasar dan apa yang akan mereka lakukan nantinya, mereka dibagi menjadi beberapa kelompok. pengambilan nomor dimulai dari cleve, berlanjut ke elijah, jevera, halen, nathaniel, dan yang terakhir aresa.

sedangkan mikhael, sang leader, diminta untuk berlatih di kapal luar angkasa besar yang akan membawa mereka ke luar angkasa nanti sebelum dibagi lagi menjadi beberapa tim.

aresa yang mendapat giliran terakhir itu berjalan menuju tempat dimana kapsul-kapsul mini -yang digunakan untuk mereka berlatih supaya terbiasa dengan tidak adanya gravitasi di luar angkasa- itu diparkirkan sambil menatap nomornya. begitu ia berada di depan kursi itu, ia tersenyum. orang yang menjadi rekan kelompoknya adalah elijah.

nice to see you again, are.

aresa tersenyum dan duduk di samping elijah. he's not calling me eca again, maybe it's my ear that has a problem, pikirnya.

dapat aresa dengar elijah terkekeh sebentar sebelum akhirnya memegang tombol kendalinya. kereta tim mereka yang berjumlah tiga itu tertutup bersamaan. “are you ready?” elijah bertanya pada aresa.

si lelaki manis tentu mengangguk, tangannya pun sudah rapi berada di atas beberapa tombol di kapsul tersebut. “always.

“GO!” teriakan dari para pelatih terdengar. elijah yang memang pemegang kendali langsung menghidupkan kapsul tersebut dan menjalankannya naik. gravitasi di ruangan itu entah menghilang kemana sebab kini mereka tak merasakan apapun menarik mereka ke bawah.

berbagai rintangan aresa dan elijah lewati bersama. entah beberapa asteroids ataupun jalan yang berkelok. “eca look out!” entah berapa lama aresa melamun, tiba tiba kini tangan elijah melindungi kepalanya. sebuah asteroid yang harusnya aresa pecahkan dari tempatnya menabrak kapsul mereka sebab aresa tak menyadarinya.

bugh!

suara benturan antara tangan elijah dengan dinding kapsul terdengar jelas oleh aresa. “eli! kamu nggak papa?! astaga maafin aku, aku nggak sengaja ngelamun.”

selepas lindungan elijah pada pelipisnya terlepas, aresa segera menoleh pada elijah. ia menatap bagian tangan elijah yang memar berwarna merah dengan tatapan bersalah.

“nggak papa, are.”

“maaf, sakit banget pasti..” aresa menatap bersalah pada tangan elijah. “nggak papa. daripada kepala kamu yang kebentur.”

“eli..”

“hey, nggak papa. ayo jalanin lagi keretanya? masih satu tantangan lagi di depan,” netra aresa mengikuti telunjuk elijah yang menunjuk ke depan mereka. masih ada kumpulan meteoroid yang menanti mereka sebagai rintangan terakhir.

ready?

menggigit bibirnya, aresa mengangguk, “go,” ucapnya meminta elijah kembali menjalankan kapsul mereka.

keduanya selesai paling terakhir, tapi tidak papa sebab mereka tidak bertanding di sini. namun, aresa masih tetap merasa bersalah dengan lengan elijah. lagian apa yang membuatnya melamun di tengah-tengah asteriods itu sih?

“hei, kenapa kereta kalian berhenti di tengah tadi?” nathaniel bertanya saat aresa dan elijah sudah keluar dari kapsul mereka.

“nggak sengaja kebentur asteroid, terus berhenti sebentar soalnya aresa kaget,” elijah menjawab dengan senyum.

doing a boyfriend duty already, eh?” cleve yang baru datang menyenggol lengan aresa, menggoda mereka berdua.

we're not—

“cukup latihan hari ini, kalian bisa kembali ke kamar dan beristirahat. sesudah makan malam nanti, kalian dapat kembali ke aula berlatih.” ucapan aresa terpotong oleh ucapan pelatih mereka. tak mau berlama-lama juga, mereka akhirnya menunduk untuk berucap terima kasih dan segera meninggalkan ruangan.

“eli.”

“hm?” elijah menoleh pada aresa yang memanggilnya. “kita nggak diijinin ke kamar rekan tim, jadi nanti aku kirimin obatnya ke kamu ya? buat tangan kamu.”

“nggak perlu, are. pasti sebentar lagi udah hilang memarnya.”

“terima aja yaa? aku khawatir sama tangan kamu. merah banget.”

elijah terkekeh, “kalau itu buat khawatirmu hilang, silahkan aja asal nggak merepotkan.”

“hehehe nggak kok! nanti aku kabarin ya!”