together

written in lowercase warn! death, mention of cheating

sesampainya arcelio pada rumah duka bersamaan dengan arlo dan juga jevera —yang merupakan sepupu dari naiser, ketiganya segera mengucap salam dan masuk ke dalam.

“kak,” jevera membuka suaranya terlebih dahulu, memanggil naiser yang masih memeluk gaviota sedari tadi.

maka sosok yang sudah seperti ‘ibu’ dari para member ecstasy itu berdiri dan menyambut jevera serta arlo, keduanya memang sempat bertemu sekali.

hingga netra naiser tak sengaja bertemu dengan sosok dengan mata sembab. arcelio. telah lama ia ingin bertemu lagi dengan sosok yang diceritakan odizea padanya sebagai ‘masa depan’ dan kini ia melihatnya kembali setelah fansign. namun kenapa harus disaat seperti ini?

“arcelio, cilo?” yang dipanggil menoleh dan bertatapan dengan naiser yang tersenyum tipis. naiser pun tak jauh berbeda, pria itu terlihat sembab akibat menangis bersama kedua membernya. lantas lelaki manis itu kembali terisak. jika naiser saja sampai seperti ini bagaimana odizea?

“astaga, hati kamu lembut banget ternyata ya, cilo..” naiser berkata, setelahnya ia maju untuk peluk lelaki manis itu. naiser tahu bagaimana arcelio dari cerita-cerita odizea. maka ia tanpa ragu peluk pria manis itu.

“jangan nangis, nanti yang mau kuatin odi siapa kalau bukan kamu?” mendengar nama sang idola, arcelio teringat sesuatu. ia hapus air matanya dan menatap kesekitar, mencari sosok yang dicintainya tersebut.

“odi nggak ada di sini sejak kapan. kamu tahu dia pasti dimana, kan?”

naiser memberikan senyum dikala arcelio menatapnya dengan tatapan yang tak terbaca. namun naiser tak menjelaskan lebih lanjut, ia justru melanjutkan perkataannya, “dia mau ketemu asha dan kamu. pohon..”

“pohon.. pohon..” arcelio menggumam tak jelas dan setelahnya keluar dari ruangan dimana ibu dari odizea dan gaviota berada. arlo sempat ingin mengejarnya, namun naiser mencegah.

“biarin aja, arlo. cuma kakak kamu yang bisa tenangin odizea. yuk, masuk dulu.”

arlo setelahnya berjalan maju dan berdoa bersama dengan jevera. setelahnya ia tentu turut mengucapkan kalimat dukanya pada gaviota setelah jevera mengenalkannya.


arlo berlari tak tentu arah, tungkainya terus ia bawa untuk mencari tempat dimana pohon-pohon besar itu berada. pohon yang mungkin menjadi jalan masuk ke masa depan.

ketika netranya tak sengaja tangkap cahaya di balik semak, ia berjalan pelan. dan benar saja, cahaya yang familiar berada di sana. cahaya yang saat itu tidak sengaja membawanya ke masa depan.

memejamkan matanya serta mengambil nafas sejenak, arlo akhirnya membuka pintu yang ada pada pohon di belakang semak dan masuk ke dalam sana.

sedetik kemudian semua berubah, ia tak lagi berada di belakang rumah duka, namun di sebuah rumah yang asing baginya.

“oje?” tak mau memusingkan bagaimana bentuk dan tampilan latarnya saat ini, arcelio mencoba memanggil nama kasihnya. ia sempat menoleh dan temukan angka 2027 di kalender, yang mana artinya ia berhasil. ia berhasil masuk ke masa depan.

“oje?”

“kamu udah pulang?” sosok itu menyambut dengan seorang batita di gendongan. arcelio tatap wajah itu lekat-lekat. ketika ia temukan merah di matanya, arcelio lantas mendekat dan berikan peluk kepada odizea dan juga putri kecil mereka di gendongan ‘ayah’nya.

hiks!” arcelio menangis di sana, buat odizea pasang wajah paniknya. ia lantas bawa asha, sang putri kecil yang berada di gendongannya, untuk duduk di boxnya sejenak.

setelahnya baru ia kembali peluk arcelio, “kenapa, sayang?”

arcelio menggeleng di pelukan odizea, “kamu yang kenapa-kenapa. kamu kenapa pergi ke sini lagi, oje? kenapa kamu selalu lari? ecstasy semua juga lagi berduka.”

ah, jadi ini adalah cilonya, arcelionya.

odizea eratkan pelukannya pada arcelio, “kamu disini..”

“aku udah janji sama kamu oje, aku bakal selalu ada di samping kamu kalau kamu ada masalah.”

arcelio dapat rasakan pelukan odizea di pinggangnya makin erat, lantas ia bawa sang idola untuk duduk di sofa. masih di dalam pelukannya.

“oje, kamu kalau mau nangis, nangis aja..”

“aku udah capek nangisin bunda. dari semalam waktu bunda dibawa ke rumah sakit, aku udah nangis.”

“maaf karena aku nggak tahu ya, oje. aku turut berduka.” odizea hanya diam saja di pelukannya. membuat arcelio melanjutkan ucapannya.

“oje mau tahu nggak?”

tak ada jawaban, tapi arcelio tahu odizea mendengar. maka ia kembali berbicara, “masa kecilku sama arlo.. berat. beneran beraat banget.”

pikiran arcelio lantas kembali dibawa ke masa kecilnya, “papa aku punya wanita lain selain mama, dia punya anak lagi waktu mama masih istrinya. aku sama arlo, waktu papa dan mama berantem lalu mutusin buat cerai, kita ada di sana.”

odizea eratkan genggaman pada arcelio, buat si pria manis menoleh dan hapus setitik air mata yang ternyata sedari tadi berada di sudut mata odizea.

“papa kemudian mutusin buat pergi, aku sama arlo waktu itu sama-sama nangis, nahan kaki papa buat pergi. tapi dia tetep pergi tinggalin kita bertiga dan milih buat bersama keluarga barunya. aku, arlo, dan mama malam itu nangis. kalau mama nangis karena pernikahannya hancur, maka kita berdua nangis karena kita kehilangan bahu yang selalu jadi tempat buat kita bertopang. kita berdua makin hancur lagi waktu mama akhirnya nyibukin diri. sampai sekarang, sampai detik ini, mama selalu ada di luar negeri. pulang pun cuma sekitar dua kali setahun. aku sama arlo sedari kecil udah kehilangan dua-duanya. kita cuma punya satu sama lain. bahkan sejak saat itu, waktu mama pulang, aku sama arlo udah nggak sesemangat itu buat nyambut.”

mendengar itu odizea mengangkat wajahnya dari bahu arcelio. ia tatap wajah lelaki manis itu, “aku nggak tahu.. maaf..”

“hei, kenapa minta maaf?” arcelio tersenyum tipis dan bawa jemarinya untuk mengelus pipi odizea yang terasa dingin. “aku cerita ini bukan mau bilang ke kamu kalau hidupku lebih berat atau apalah itu. bukan oje. aku cerita ke kamu, karena aku mau kamu tahu kalau aku udah sepenuhnya percaya sama kamu. masa kecilku yang kaya gitu, udah sepenuhnya aku berikan ke kamu.”

“cilo..”

“aku mau kamu sadar, je. kalau bukan di masa depan aja kamu punya aku. di masa dimana kamu berada sekarang, aku juga ada di samping kamu. kamu punya aku juga, oje. dukamu bisa kamu bagi ke aku. kita bisa saling menguatkan satu sama lain, ya?”

arcelio kembali masuk ke dalam pelukan odizea setelah ia berucap seperti itu. bahunya basah, arcelio sadar itu.

tapi tak apa-apa, setidaknya odizea menangis bersamanya. arcelio tak perlu lagi merasa khawatir sebab kini odizea berada di peluknya.

“nggak papa, oje. bunda kamu pasti udah jadi malaikat paling cantik di sana. beliau sudah lahirkan putra-putra yang sesempurna kamu dan gavi, sekarang tugas beliau udah selesai. sekarang mungkin kamulah yang bakal lanjutin tugas beliau buat jaga ayah dan gavi, je.”

arcelio dapat rasakan odizea bergerak di pelukannya. lelaki itu mendekatkan indra pembicaranya pada telinga arcelio, buat pria manis itu dapat merasakan hembusan nafas odizea yang tak beraturan.

“oje..?”

be with me forever, will you?” suara seraknya terdengar di telinga arcelio. arcelio lantas tersenyum kecil dan berikan kecupan di hidung mancung odizea.

“iya, oje. sekarang kembali ya? hadapi semua yang terjadi sekarang supaya kamu bisa jalan ke masa depan. hibur gavi dan ayah kamu, je. saling menguatkan, ya? jangan biarin waktu kamu berhenti sekarang.”

“kamu bakal selalu ada di samping aku?” arcelio melirik putri kecil yang sudah tertidur di boxnya dan tersenyum pada odizea.

“aku pastikan kita bakal ketemu sama asha, je.”