Tak terasa kini si pangeran bungsu dari Ainsley itu akan segera menikah.
“Anaknya papa!”
Lionel yang tengah bersiap dikejutkan dengan panggilan dari sang ayah. Ketika melihat melalui cermin di hadapannya, seluruh anggota keluarganya masuk ke dalam ruangan bersiapnya. Lengkap dengan Donovan, Anne, serta si kecil Ivy.
Lionel segera berdiri dengan semangat, ia lari ke dalam pelukan sang ayah. “Papaa!”
“Udah mau nikah ya sekarang ini si manis?” si papa berikan usakkan di rambut Lionel, “kamu besarnya cepet banget, io. Dulu kayanya masih bayi waktu digendong sama papa sama mama.”
“Hehe iya dong, papa! Makasih ya, Pa. Sudah rawat Io sampai sebesar ini.”
Sang papa tersenyum dan mengeratkan pelukan, “Selama 20 tahun lebih Io hidup, papa yakin papa sudah banyak banget nyakitin hati Io. Termasuk gimana papa nyembunyiin Io dan buat Io bingung sendiri atas perilaku papa. Papa mint—”
“Jangan minta maaf, Pa. Io tahu papa lakuin itu demi kebaikan Io,” Lionel memotong ucapan sang ayah yang membuat si pria paruh baya itu tersenyum.
“Tapi tetep aja perilaku papa nyakitin hati kamu, sayang. Makanya papa mau minta maaf. Setelah ini papa, mama, Kak Donovan, Kak Anne, sama Ivy nggak akan bisa lihat Io sebebas kami seperti kemarin. Jadi Io kalau ada apa-apa harus cerita ya? Kamu kesayangan kami semua.”
“Iya papa, makasih,” Lionel tersenyum lebar setelahnya. Hatinya menghangat mendengar permintaan maaf serta ungkapan sayang dari mantan Raja Ainsley itu.
“I love you, Papa,” ucapnya sebelum melepas pelukan dengan sang ayah.
“Papa love you more, Io.”
Setelahnya gantian sang ibu yang memeluk Lionel. Wanita itu sudah berderai air mata, “Io, sayang.. Selamat ya?”
Lionel terkekeh, “Mama jangan nangis. Nanti cantiknya hilang.”
Mendengar ucapan Lionel, bukannya berhenti menangis, mama justru semakin berderai air mata. “Mama sayaang banget sama Io. Maaf ya sayang, selama ini mungkin mama belum bisa jadi yang terbaik buat Io. Io harus tahu sampai kapanpun mama bakal selalu dukung Io dan bantu Io.”
“Makasih mama.”
“Dan.. mama sedikit banyaknya tahu bagaimana kehidupan pernikahan. Io, mungkin Io bakal ada di fase dimana kamu merasa jenuh sama hubungan kamu dan suamimu, semua bakal mengalami. Makanya mama mau Io pegang pesan mama ini. Io jangan cepat memutuskan, okey? Komunikasi itu hal yang sangat-sangat penting dalam hubungan. Terutama di pernikahan. Sekarang Io akan jadi milik Adrian dan masalah kalian tentu aja kalian yang harus selesaikan sampai akhir tuntas. Jangan sampai kalian berdua buat keputusan yang salah, ya?”
“Iya mama, makasih, hehe. Io sayang mama.”
“Mama juga sayang io,” sang mantan ratu berikan kecupan di puncak kepala sang putra yang dibalas kecupan di pipi oleh Lionel.
Dan ketika giliran Donovan, Lionel langsung masuk ke dalam pelukannya. Kakaknya inilah yang paling tahu bagaimana perjalanan hidupnya dari ia kecil sampai sekarang.
Donovan yang paling tahu bagaimana perjuangan Lionel untuk dapat mendapat haknya sekaligus bagaimana Lionel bisa bersama dengan Adrian. Tak pernah sekalipun sang kakak meninggalkan sisinya.
“Kak Doie. Karena kakak udah banyak kasih Io nasihat semalam. Sekarang gantian Io yang bilang. Kak Doie yang banyak tahu gimana Io dari kecil sampai Io sekarang. Makasih banyak kakak, karena udah sayang Io sebegini besarnya bahkan sampai kakak punya keluarga sendiri sekarang. Kak Doie nggak pernah sekalipun tinggalin Io sekalipun Io buat kesalahan, makasih banyak. Io sayang sayang sayang banget sama Kak Doie.”
Donovan terkekeh gemas, air matanya menetes mengingat bagaimana dulu ia yang melindungi Lionel dan setelah ini adik kecilnya sudah akan memiliki seseorang yang akan melindunginya sampai akhir hayatnya.
“Sama-sama, Io. Makasih juga udah hadir di hidup kakak, ya? Kakak lebih sayang Io.”
Tak perlu banyak kata yang diucapkan oleh Donovan, Lionel sudah tahu bagaimana berharganya ia di mata Donovan, begitu juga sebaliknya.
“Hiks! Kak Oie.”
“Eits! Masa nangis? Lihat, nggak malu tuh diliat Ivy?”
Lionel melepas pelukannya dan cemberut menoleh pada Anne yang tersenyum sambil menggendong Ivy. Donovan kira, Lionel akan memindah pelukan ke Anne, namun ternyata si manis itu justru mengajak Anne pelukan bersama dengan mereka.
“Io nggak malu nangis dilihat orang kalau nangisnya ke kakak. Io mau kak Anne, Ivy, atau bahkan semua orang tahu kalau Io beruntung punya Kak Doie.”
Anne menoleh pada Donovan dan pasangan itu tertawa bersama. Anne tentu sangat tahu bagaimana rasa sayang suaminya pada Lionel. “Kak Anne sama Kak Doie bakal selalu ada buat Io. Ivy juga. Nanti cepet buatin temen buat Ivy ya?”
“IHHH KAK ANNEEEE!”
“Tuh, gitu caranya biar adiknya berhenti nangis.”
Celetukan dari Anne kemudian membuat semua yang ada di ruangan itu tertawa melihat gemasnya Lionel yang malu-malu.
“Io! Cantik!”
Lionel menoleh ketika mendengar suara manis milik si kecil trent, Chloe, putri dari Juan dan juga Eugenie.
“Baby Ui! Makasih, sayang!” Lionel mendekat dan gendong Chloe yang saat ini berpakaian kembar dengan Eugenie, dress berwarna biru muda dengan bunga-bunga pada bagian rok, sesuai dengan tema yang diambil Adrian dan Lionel untuk pernikahan mereka.
Setelah keluarga Lionel. Kini orang-orang terdekat lelaki manis itu -kecuali Adrian tentu saja- masuk bergantian untuk mengucapkan selamat dan berfoto bersama.
“Jas kamu kusut nanti, Io. Turunin aja Ui nya.”
“Ih, gapapa tau Kak Eniee! Lagian Ui nggak banyak gerak, iyakan sayang?” Lionel berucap sambil menoleh pada Chloe pada bit terakhir. Kemudian pangeran dari Ainsley itu mengusakkan hidungnya dengan hidung kecil milik Chloe yang buat si princess tertawa senang.
Eugenie hanya tersenyum, Chloe memang selalu dimanjakan oleh Lionel juga Adrian sejak kecil.
“Io.”
Lionel menoleh mendengar panggilan dari Eugenie. “Iya kak?”
“Kakak mau bilang sesuatu ke io sebagai perwakilan dari keluarga Conor,” Eugenie berkata pelan. Karena waktu yang sedikit dan ia berbagi tugas dengan Juan untuk mengunjungi Lionel serta Adrian, maka ia yang menyampaikan pesan dari keluarganya kepada si calon menantu.
“Kami mau makasih sama Io karena mau terima Adrian apa adanya. Kami tahu, mungkin keluarga kami nggak akan bisa samain hangatnya keluarga kamu, tapi kami terima kamu Io, sebagai bagian dari keluarga kami. Jadi, kalau ada apa-apa, Io bisa minta tolong sama kami semua, Dad, Mom, Juan, dan juga kakak. Kami semua keluarganya Io sekarang. Ya?”
“Kak Enie.. makasih banyak,” Lionel yang masih menggendong Chloe mendekat pada Eugenie dan memeluk calon iparnya itu. “Nggak, Io. Makasih karena mau jadi pasangan dari Adrian. Kami sebagai keluarganya seringkali salah sama Adrian. Tapi karena Adrian punya kamu, maka Adrian nggak perlu rasain lagi sakit yang seringkali dia terima dari kami semua karena hangatnya kamu, Io.”
“Io sayang kak Enie, Chloe, sama semuanya.” Eugenie tersenyum mendengarnya.
“Kami juga sayang Io. Welcome to our family, Io!”
Suasana pernikahan Lionel dan Adrian tidaklah begitu ramai. Keduanya memutuskan bahwa mereka hanya akan mengundang beberapa kenalan terdekat serta keluarga mereka. Pernikahan ini tidaklah semeriah pesta teh juga pesta dansa yang biasa diadakan oleh setiap kerajaan setiap minggunya, tetapi Adrian serta Lionel yakin dengan inilah mereka akan merasa lebih nyaman dan bahagia.
Jika ingin tahu, pernikahan keduanya diadakan secara outdoors namun tertutup, sesuai dengan permintaan Lionel. Lokasinya sendiri berada pada dekat Gunung Anwealda serta Danau Varuna, tempat yang menurut Lionel serta Adrian sangat berarti bagi mereka.
“Io, ayo nak?”
Yang namanya dipanggil tersenyum. Kini Lionel sudah siap dengan penampilannya. Memang sederhana, dengan jas serta dasi yang tidak banyak ornamen, namun lelaki manis itu terlihat sempurna.
Perlahan, dengan rangkaian bunga di tangannya, Lionel berjalan ke sang papa dan menggamit lengan sang pria paruh baya.
Ketika namanya dipanggil, Lionel berjalan bersama ayahnya menuju altar. “Nak, makasih sudah wujudin salah satu mimpi papa sekarang ini,” sang ayah berkata sambil berjalan pelan bersama Lionel.
“Maksud papa?”
“Papa selalu bermimpi bisa anterin anak papa ke altar buat melepas dia ke pasangannya. Dan Io wujudkan itu hari ini. Makasih udah hadir di hidup papa ya, nak?” Io tersenyum manis mendengar itu, ia tak menjawab papanya. Dari senyumnya sekarang ini, sang papa pasti tahu bahwa ia juga bersyukur bisa memiliki keluarganya.
Dan saat tersenyum itu, maniknya tak sengaja bertemu dengan manik milik Adrian yang sudah menunggunya di sana.
Louie-nya terlihat sangat tampan.
Tak jauh berbeda dengan Lionel, Adrian yang berada di depan sana juga menahan gugup menunggunya di altar. Ketika maniknya menangkap Lionel berjalan bersama sang ayah dan juga tersenyum dengan sangat manis, jantungnya semakin berdegup kencang. Indah, Little Io-nya sangat amat indah.
“Ladies and Gentlemen, let us welcome, Lionel Ainsley.”
Sang ayah melepaskan tangan Lionel ketika sudah tepat berada di depan Adrian. Ia bawa tangan putra manisnya menggenggam tangan Adrian dan tersenyum, “Adrian, jaga anak papa, ya?”
“I will, Pa,” jawabnya dengan manik tak lepas dari wajah Lionel.
Dan ketika papa sudah mengundurkan diri dari tempatnya mengantar Lionel, Adrian genggam kedua tangan Io-nya.
“You look stunning,” pujinya yang buat Lionel menunduk sembari tersenyum malu.
“Thank you, Louie. You look gorgeous too.”
Keduanya melempar senyum sebelum akhirnya mereka diberikan masing-masing sebuah mic untuk mengucapkan janji suci mereka.
Adrian tersenyum pada Lionel sebelum akhirnya mendekatkan mic pada bibirnya untuk mengucapkan janji sucinya.
“Pertemuan pertama kami, mungkin bukan sesuatu yang baik, bukan sesuatu yang aku ingin ulangi. Tetapi aku bersyukur dengan adanya pertemuan itu, aku sekarang berdiri di sini bersama dengan kamu. Bagaimana perjuangan kita, mungkin juga bukan sesuatu yang mudah, bagaimana kita membangun rasa percaya kepada satu sama lain, bagaimana kita membangun kasih sayang pada satu sama lain, semua itu tidak kita lalui dengan mudah. Tetapi aku bersyukur kita sekarang berdiri di tempat ini dan membawa kamu untuk menjadi pasanganku sampai akhir hayat nanti,” Adrian menarik nafasnya sebelum melanjutkan.
“Lionel, from the moment we knew each other, I knew there was something incredibly special about you. Your kindness, patience, and support have made me a better person. I promise to stand by your side through all of life's challenges and to celebrate all of our triumphs together. I vow to love you unconditionally, to honor and respect you, and to laugh and cry with you. You are my best friend, my partner, my family and my greatest love, and I can't wait to spend the rest of my life with you.”
Manik Lionel berkaca mendengarnya. Ia tak menyangka Adrian menyiapkan ucapan yang semanis ini untuk dirinya.
Adrian tersenyum melihat bagaimana reaksi Lionel. Manik lelaki manis itu selalu indah dengan bintang-bintangnya. Adrian dapat bersumpah bahwa manik Lionel menjadi dan akan selalu menjadi salah satu favoritnya. Bagaimana manik itu berbinar ketika Lionel merasa senang, bagaimana manik itu berkaca-kaca ketika Lionel merasa terharu maupun sedih, semua itu akan selalu menjadi favorit Adrian. Selamanya.
“Jangan nangis,” Adrian ucapkan itu tanpa suara kepada Lionel. Membuat lelaki manisnya justru semakin berkaca-kaca.
Dengan bergetar, Lionel memegang micnya. Ia menutup matanya dan menarik nafas sebelum kembali menatap Adrian.
“Adrian Louis Conor, My Louie. Kamu adalah salah satu orang yang selalu aku syukuri kehadirannya di hidupku. Bagaimana kamu beri dukungan, bagaimana kamu selalu beri pundakmu, dan bagaimana kamu selalu beri pelukan ke aku, baik saat aku seneng maupun saat aku sedih. Itu semua akan jadi sesuatu yang selalu aku syukuri setiap hari, setiap menit, dan bahkan setiap detik di hidupku. Mungkin ini terdengar seperti berlebihan, tapi tanpa adanya kamu di sampingku sampai sekarang ini, aku tidak yakin aku akan bisa berdiri dengan baik sebagai diriku yang sekarang,”
Lionel beri senyum pada Adrian sebelum melanjutkan janjinya, “Adrian Louis Conor, today I stand here in awe of the incredible journey we’ve taken together. You are my rock, my safe haven, and my bestest friend. Your love has transformed my life in ways I never imagined possible. I promise to laugh with you in times of joy, to comfort you in times of sorrow, and to grow with you in love and understanding. I vow to be your partner in all of life’s adventures, to stand by your side through thick and thin, and to cherish and respect you always. You are my heart, my home, and my everything, and I can’t wait to spend the rest of my life with you, Louie. I love you.”
Tepuk tangan terdengar begitu meriah setelahnya. Adrian serta Lionel saling melempar senyum sebelum akhirnya mendekat kepada satu dengan yang lain. Adrian dan Lionel memejamkan matanya dan kedua belah bibir mereka bertemu. Ciuman yang lembut dengan penuh perasaan, saling mengungkapkan rasa cinta mereka kepada satu dengan yang lain.
Tepuk tangan terdengar semakin meriah, khususnya dari para sahabat keduanya yang terdengar memberikan sorakan, turut bahagia atas keduanya.
Dan ketika ciuman mereka terlepas, Adrian dan Lionel saling melempar senyum. Tak mau memungkiri, Adrian sangat amat gemas melihat wajah merah milik Lionel yang begitu manis. Maka sekali lagi, calon raja Conor itu memberikan sebuah ciuman kepada Lionel. Bukan, bukan pada bibir lelaki itu, tetapi pada puncak kepalanya. Sebagai tanda bahwa ia sangat menyayangi lelaki manis yang kini resmi menjadi pasangannya.
“i love you too, little io,” katanya mengakhiri untuk menjawab janji suci milik Lionel.
Sekali lagi keduanya melempar senyum manis sebelum Lionel menggamit lengan Adrian dan mereka berjalan bersama menuruni altar, sebagai pertanda bahwa mereka akan menjadi teman bagi satu sama lain untuk berjalan dalam hidup mereka sampai akhir hayat nanti.
“Congratulations, kakak sama abang!”
Neil begitu bersemangat ketika Adrian serta Lionel berjalan menghampiri tempat duduknya bersama teman temannya setelah keduanya meminta restu pada keluarga mereka masing-masing.
“Makasih semua udah dateng!”
“Ya kali kita nggak dateng, Io! Salah satu couplenya 4=2 menikah nih,” Catherine berkata. Mereka masing-masing memberikan pelukan pada Adrian dan juga Lionel.
“Ditunggu susulannya,” Adrian berucap sembari menyenggol lengan Elio yang berada di sebelahnya.
“Hih nanti dululah! Berisik!”
Mereka semua tertawa mendengar jawaban Elio. Tak lama setelahnya Zevas berjalan menghampiri Lionel dan memberikan pelukan kepada sahabat lamanya. Ia belum sempat memeluk lelaki manis itu tadi.
“Selamat ya, Io. Tadi aku nggak sempet nyamperin di ruang rias. Aku turut bahagia lihat kamu sama Adrian udah jadi satu sepenuhnya. Semoga kalian selalu bahagia, oke? Kamu harus inget kalau aku masih jadi sahabat kamu dan bakal selalu siap buat jadi pendengar kamu waktu kamu sedih, selain Adrian tentu aja.”
Lionel tersenyum mendengarnya. Zevas juga salah satu yang menjadi saksi bagaimana ia menjalani hidupnya selama ini, “Zee, makasih banyak udah jadi temenku. Io bersyukur banget punya kamu dari dulu. Ya tentu aja kamu harus siap terus jadi pendengarnya Io. Kamu kan udah Io kutuk jadi bodyguardnya Io selama lama lama lamanya.”
“Heh ngawur!” Zevas melepas pelukannya dan mendorong Lionel mendekat pada Adrian pelan, “Tuh, bodyguard lo selamanya tuh Adrian tuh.”
Mereka kemudian tertawa bersama-sama melihat interaksi teman lama itu. Rasanya mereka semua bersyukur bisa memiliki satu sama lain.
Hingga akhirnya panggilan untuk Lionel serta Adrian terdengar. Waktunya berdansa.
Karena keduanya adalah tokoh utama hari itu, maka mereka harus mendahuluinya. Maka, Adrian mengulurkan tangannya kepada Lionel untuk berdansa.
“May i have a dance with you, Pretty?”
Sorakan dari teman-temannya terdengar, buat Lionel wajahnya memerah sempurna sedangkan Adrian hanya tersenyum gemas. Perlahan, Lionel menerima tangan Adrian.
Keduanya kemudian berjalan bersama ke tengah dan saat itulah musik mulai bermain. Satu putaran, hingga akhirnya para tamu lainnya diperbolehkan untuk berdansa juga bersama partner mereka.
“Io tahu nggak?”
“Hm, apa Louie?”
Sesuai dengan gerakan, Adrian menarik pinggang Lionel mendekat padanya, sebelum akhirnya menjawab, “Aku semalam mimpi.”
“Mimpi apa?”
“Aku dan kamu, Kita, ketemu sama..” Adrian menggantung ucapannya kemudian mendekat pada telinga Lionel dan berbisik, “putri kita.”
Wajah Lionel langsung memerah. Adrian tertawa, ia menaikkan lengannya dan Lionel berputar di bawahnya. Meski dengan malu-malu, tentu saja mereka harus tetap mengikuti irama musik dan berdansa sesuai dengan gerakannya.
“Io.”
“.. iya, Louie?”
“Vivian Louis Conor,” Lionel mengernyitkan dahi mendengar nama yang asing yang terucap dari bibir Adrian.
“Siapa?”
“Nama putri kita di mimpinya aku. May i name her the same later when she's already here with us?”
“Ih! Louie!” Lionel menepuk lengan Adrian pelan, malu-malu. Membuat Adrian semakin gemas dan tertawa akan tingkahnya.
“Boleh nggak, sayang?”
Lionel menunduk, “boleh,” gumamnya pelan.
“Hm, apa? Aku nggak denger sayang.”
“Ih! Boleeeeh!”
Adrian tertawa, ia kemudian menarik pinggang Lionel mendekat dan memeluknya, tak peduli kini mereka masih berada di tengah para tamu yang berdansa. “Alright, Little Io.”
“Louie ngapainn? Lepas ihh, kita dilihatin!”
“Nggak papa dong, kan kita tokoh utamanya hari ini, sayang.”
“Ih! Louieeeee!”
“Hahahahaha!”
Biarlah keduanya saling bermesraan hari ini. Toh, memang hari ini adalah hari milik mereka berdua. Biarlah mereka berdua membuat banyak kenangan indah di hari ini sehingga mereka dapat ceritakan kepada semua orang kelak bagaimana bahagianya mereka di hari ini dan mengenangnya bersama hingga nanti mereka tua.
©bluemoonseu