Finding Papa
warn! lowercase, harshwords
pagi berlalu begitu cepat hingga kini seluruh anggota serta pengawal kerajaan sudah bersiap untuk kembali berangkat mencari keberadaan noe. entah terlalu bersemangat untuk dapat bertemu sang papa atau bagaimana, acel bangun paling pagi hari ini. padahal tidur anak itu paling malam kemarin.
“sayang apa sudah ada petunjuk?” elvio memegang lengan alvarez yang berjalan didekatnya. alvarez menggeleng, ia tak temukan apa-apa selama berjalan sejauh ini. begitu juga dengan eric.
“ayah,” melihat sang ayah yang sibuk sendiri dengan lamunannya, acel menghampiri. kudanya mendekati kuda milik sang ayah untuk mengobrol bersamanya.
“iya, nak?”
“ayah kangen papa?”
dapat acel lihat sang ayah tersenyum kecil mendengarnya, “setelah bertemu sama papa kamu, ayah selalu habisin hari buat kangen sama papa kamu, sayang,” katanya kemudian mengusak surai acel, “ayah beruntung karena ada kamu yang mirip sekali sama papa, jadi kangennya ayah sedikit terobati.”
acel tersenyum mendengar itu. “oh iya, ayah.”
“hm?”
“waktu itu, acel masuk ke sini setelah ambil batu biru punya ayah. maaf ya ayah karena acel nggak ijin dulu. acel harusnya ijin sama ayah waktu mau buka kotak milik ayah.”
mendengar ucapan acel, kuda milik eric terhenti. ia teringat sesuatu.
“yah, kenapa?” ucapan dari acel itu buat alvarez menoleh bersama dengan elvio. acel yang menjaga di belakang eric dan acel juga turut kebingungan. ia bawa kudanya maju hingga sejajar dengan kuda milik paman serta saudaranya.
“ric, kenapa?” tanya alvarez lagi, sama seperti apa yang ditanyakan acel.
eric tak menjawab ia justru menoleh pada elvio yang juga tengah menatapnya dengan kebingungan, “elo kamu inget kamu pernah kasih kalung batu biru ke noe waktu acel baru lahir?”
yang ditanya berikan anggukan. “memangnya kenapa, kak?” eric ganti menatap alvarez, “batu biru itu yang buat aku dan acel bisa ke sini, benar? portal itu terbentuk karena saat itu ada dua batu biru yang diletakkan di tempat yang berbeda secara bersamaan. kamu bisa membuat portal itu di panti karena kak iel memang punya batu biru itu, kan?”
alvarez mengangguk, “iya, benar. kamu punya ide sama kalung itu, ric?”
“iya. kalau sampai sekarang noe masih pakai kalung dari elo. harusnya kita bisa membuat portal itu di sini, yang tersambung ke tempat dimana noe berada.”
“tapi untuk membuat portal seperti itu, diperlukan waktu berhari-hari. apabila sehari saja, aku tidak yakin kami semua bisa masuk ke dalamnya,” alvarez menjelaskan. portal yang dibuatnya untuk membantu eric kembali saat itu dapat selalu digunakan dan tidak ada batas waktunya selama batu itu berada di dekat portal. tetapi kalau dibuat saat ini juga, alvarez tidak yakin bahwa portal itu dapat bekerja dengan maksimal.
“kalau begitu biar aku saja yang masuk. aku bakal lakuin apa aja demi bisa kembalikan noe di sisiku dan juga acel.”
“kak eric tapi-”
“nggak papa, elo. aku yakin dengan begini kita akan lebih cepat dibanding menelusuri seluruh wilayah di sephia yang luas ini.”
“baiklah kalau begitu. i'll try,” alvarez menyetujuinya. lagipula setelah dipikir-pikir, eric ada benarnya juga. tak mungkin mereka semua bisa menemukan noe dengan waktu dekat apabila tidak dibantu dengan sedikit sihir.
“makasih, kak alva.”
“dengar ric, portal ini tidak seperti portal yang kamu gunakan untuk kembali ke sini. portal ini tidak sempurna. kamu bisa langsung menuju ke tempat noe, tetapi untuk menyelamatkannya kamu hanya mempunyai waktu satu jam.”
dua jam setelah mereka memutuskan untuk singgah dan membiarkan alvarez menciptakan portal untuk menuju ke tempat noe, kini lelaki itu telah berhasil.
portal yang diciptakannya dengan bantuan batu biru yang dibawa oleh eric ke sini membantunya untuk itu. memang tidak sempurna, tapi bagi alvarez ini sudah cukup apabila hanya digunakan oleh eric membawa kembali noe.
“aku paham.”
“jangan biarkan kalung milik noe terlepas darinya juga.”
eric mengangguk paham mendengar ucapan alvarez. lelaki yang paling tua di sana kemudian gerakkan tangannya, dengan begitu satu pintu berwarna biru muncul di sana. ia menatap pada kakak iparnya sebelum mengangguk.
“good luck. kami mendoakan kalian dari sini,” katanya memegang bahu eric. setelahnya eric juga mendapat pelukan hangat dari sang putra, “ayah harus bawa papa kembali, ya?”
“ayah janji akan pertemukan kamu sama papa, sayang.”
setelahnya eric buka pintu yang muncul ditengah sihir biru milik elvarez dan menghilang di dalamnya. tubuh lelaki itu terasa ringan dan tak terasa ia kini sudah berada di ujung lainnya.
tangannya memegang kenop pintu di ujung dengan ragu. apa noenya berada di balik pintu ini? bagaimana keadaannya sekarang? apa setelah dua belas tahun ia tak melihat keadaannya, noe masih terlihat menawan seperti dahulu?
eric menghela nafasnya, ia kemudian putar kenop pintu itu dan membukanya. yang pertama kali ia lihat adalah... sebuah ruang penyimpanan?
lelaki itu perlahan langkahkan kakinya keluar. ruangan ini gelap, tak ada cahaya satupun yang menerangi kecuali sinar biru di balik pintu kayu kecil.
sinar biru yang sama dengan sinar batunya ketika portal tersebut terbentuk. perlahan, eric berjalan ke arah pintu itu. setiap langkahnya ia iringi dengan doa, berharap firasatnya bahwa noe ada dibalik pintu itu benar.
ketika pintu itu berhasil dibukanya, eric melangkah ke dalam dan menutup pintu itu. “noe?” namanya ia sebut. dan mengejutkan baginya seseorang yang berada di balik sebuah selimut tipis- tengah merebahkan diri- bergerak.
selimut itu perlahan disingkirkan dan yang berada di dalamnya menegakkan tubuh, “eric?” suara itu, benar itu suara noenya. eric berjalan cepat menuju ke arahnya dan peluk seseorang itu.
“sayang, aku merindukanmu, sangat,” kata pertamanya ia ucap. pelukannya semakin mengerat seiring sosok di pelukannya membalas pelukan. “eric, aku takut. dia begitu jahat kepadaku, dia akan membawaku pergi besok ke luar dari sephia, hiks!” bahu noe yang berada di pelukannya bergetar.
“ssst, kamu aman bersamaku, sayang.”
pelukan itu noe lepas, dengan cahaya redup dari kalungnya, ia tangkup wajah milik suaminya. ia begitu merindukannya. “kamu makan dengan baik selama ini, eric?”
tangan yang berada di pipinya itu eric usap lembut, “jangan bertanya bagaimana aku, sayang. bagaimana dengan kamu, hm? apa dia begitu kejam terhadapmu?”
“sangat, eric. aku takut padanya.”
“kamu tak perlu takut lagi sekarang. ayo pulang bersamaku, noe.”
noe mengangguk mendengar itu, tangannya digandeng oleh eric sedang tangannya yang lain ia gunakan untuk menutupi batu biru yang bersinar di kalungnya. mereka berdua sangat ingin melepas rindu, namun keadaan belum berpihak kepada mereka sekarang ini.
mereka harus segera keluar dari sana.
eric berpikir bahwa mereka berdua tak akan ketahuan, namun ketika dirinya keluar dari pintu tempat dimana noe tertidur tadi, lampu dihidupkan. ruangan tersebut seketika berubah jadi terang.
dan yang mengejutkan bagi eric, ruangan yang dipijakinya bersama noe sekarang ini penuh denagan hewan buas di dalam kandang. entah apa yang mantan raja itu lakukan kepada seluruh hewan buas ini.
“mau kabur kemana kalian? noe, kamu tidak akan pernah bisa jauh dari ayah.”
mendengar itu, eric bawa noe ke belakang tubuhnya. ia tatap tajam lelaki yang baru saja berucap. berbeda dengan keadaannya saat masih memimpin dahulu, ayah dari noe dan elo itu terlihat sangat menyeramkan sekarang ini.
rambut panjang yang tidak pernah dipotong, kumis dan janggut yang tumbuh panjang, serta kantung mata yang begitu besar. dari melihat wajahnya saja, orang akan tahu bahwa ia tak pernah merawat diri.
“menjauh dari suamiku!”
mantan raja yang eric kenal bernama baron itu tertawa. “yang kamu sebut suamimu itu adalah putraku, nak,” baron berkata, ia sekarang tunjukkan seluruh tubuhnya yang kini kurus kering. tangannya memegang satu pedang panjang yang bilahnya mengkilat.
melihat itu, eric eratkan genggamannya pada noe.
“bagaimana jika kita membuat persetujuan bersama?” eric mengangkat alisnya, namun tidak menjawab. ia biarkan pria itu terus berbicara.
“kamu kembalikan putraku dan kamu akan kubiarkan hidup?” pria itu terus mendekat ke arah keduanya, membuat eric juga membawa noe mundur perlahan.
“tidak akan.”
baron menggeram marah. tangannya yang mengepal ia pukulkan pada dinding di sampingnya, buat hewan buas yang tadi tenang, kini terbangun dari tidurnya. “jangan melawanku!”
“memangnya siapa dirimu? kamu bukan lagi seorang raja.” eric menantangnya.
“kamu!”
baron mengangkat pedangnya, ia mengarahkan pedang itu pada eric. eric saat ini tidak membawa apa-apa di tangannya, ia datang ke sini dengan tangan kosong. jantungnya berdetak kencang, ia khawatir apabila tidak dapat membawa noe bersamanya.
“aku apa?” tak pedulikan rasa takutnya, ia menjawab pertanyaan baron.
“apa kamu tahu bagaimana pengorbananku setiap tahun ini untuk memberi putraku kehidupan, hah? aku rela membawa hewan buas di sephia untuk menjualnya ke luar negeri agar putraku bisa makan! kamu tidak bisa membawanya setelah aku mengorbankan nyawaku untuknya!”
“ayah tidak mengorbankan nyawa ayah untukku! semua binatang itu ayah jual untuk berfoya-foya! ayah melanggar hukum sephia! selama di sini ayah bahkan tidak memberiku makanan yang layak untuk dimakan! ayah hanya menunggu waktu yang tepat hingga dapat membawaku untuk dinikahkan dengan raja-raja haus selir itu!” noe berteriak di balik punggung eric.
“dasar anak tidak tahu diuntung!”
mendengar ucapan noe, baron semakin marah. ia berlari kearah pasangan itu dan mengarahkan pedangnya pada eric. “sayang! masuklah ke dalam pintu itu dan kembali ke sephia!”
“tapi, eric-”
“aku tidak papa, aku bisa menahannya! kamu masuklah ke sana dan bertemu dengan acel! ia merindukanmu!” katanya berteriak sembari menahan serangan dari baron di hadapannya.
baron adalah mantan raja, tentu saja ia lihai dengan permainan pedangnya meski sudah lama tidak digunakan.
“eric..”
“lari, noe!”
noe menuruti apa kata suaminya, ia berlari menuju pintu yang ada di ujung lorong kandang hewan buas itu. hingga ketika ia sampai, matanya tak sengaja menangkap seekor singa yang tertidur di sampingnya. singa itu tertidur tenang sebab tak rasakan amarah dari baron sebelumnya.
lelaki manis itu mendapat sebuah ide setelahnya.
“ayah!” panggilnya yang buat baron dan eric menoleh. eric menatap bingung pada noe, namun noe mengangguk padanya. pertanda bahwa noe tahu apa yang akan ia lakukan.
“maafkan aku ayah. aku sadar bahwa tak seharusnya aku memberontak,” wajahnya dimelaskan, “ayah sudah merawatku sejak kecil, betapa kurang ajarnya aku apabila melawan perintah ayah..”
sang ayah tersenyum, ia lepas pedangnya dan kemudian mendekat pada noe perlahan. selama raja itu, eric gunakan untuk berlari pelan menuju portal yang ada tak jauh dari tempat noe berdiri. “kamu benar, nak. aku menyayangimu.”
“noe juga menyayangi ayah.”
ketika sang raja sudah berjarak hampir satu meter pada noe, eric buka pintu portal sedangkan noe membuka kunci kandang singa di sebelahnya. lelaki taurus itu kemudian menarik suaminya untuk masuk ke dalam portal bersama.
“noe!” sang ayah mengejarnya tentu saja. namun dengan cepat eric tutup pintu itu, membuat suara gebrakan yang keras yang membangunkan singa tersebut dari tidurnya. mereka mengetahui itu dari auman keras yang masih terdengar dari dalam jalan portal.
hening setelahnya. noe dan juga eric bertatapan. “kita berhasil?” noe berkata pelan ketika netranya tak sengaja tatap pintu lain di ujung jalan mereka sekarang ini.
“iy-”
“NOE KAMU TIDAK AKAN PERNAH BISA MENGKHIANATI AYAH!”
keduanya menoleh ke belakang, pintu portal itu kembali terbuka, menampilkan sosok ayah dan juga singa yang tengah menatap kelaparan padanya. baron masuk ke dalam portal bersama mereka berdua, diikuti dengan si raja hutan. “eric..”
“tenang saja jaraknya jauh dari kita sayang,” eric berbisik mendengar nada ketakutan dari noe.
hingga saat keduanya telah tiba diujung pintu portal, eric segera buka pintunya, menarik noe untuk berjalan keluar dan kembali menutup pintunya.
“alva, hancurkan batunya!”
“ric-”
“hancurkan batunya terlebih dahulu, cepat!”
alvarez yang masih terkejut mengangguk, ia ambil batu besar dan lemparkan itu pada batu biru yang menjaga di depan portal. “NOE! NOE TOLONG AYAH!” teriakan itu membuat semua terkejut untuk kedua kalinya.
namun ketika tangan baron baru keluar dari pintu, sihir biru itu menghilang. pintu yang menjadi jalan menuju ke tempat baron menyembunyikan noe tadi juga turut menghilang bersamaan dengan sihir itu. suara baron yang berteriak memanggil noe pun seolah ditelan oleh bumi, sehingga menciptakan kembali keheningan di tempat itu.
semua yang ada di sana bernafas lega. namun tidak untuk si anak remaja yang kini melihat sosok yang selama ini sangat ia rindukan berada di samping sang ayah.
“papa?”