Will You Be Mine?

warn! lowercase, accident

hari ini renjun sudah diperbolehkan untuk pulang. ya, meskipun ia harus tetap memakai kursi roda ataupun tongkat untuk bantuannya berjalan nanti, ia tetap merasa bersyukur sebab jeno tetap berada di sampingnya.

“sayang, sini, kubantu buat duduk,” itu jeno.

sedari tadi selama perjalanan, jeno memang meminta renjun untuk rebahan saja kursi penumpang. selain supaya renjun merasa nyaman, jeno ingin supaya kekasihnya itu tidak pegal jika harus duduk di depan.

karena jarak rumah sakit menuju apartemen renjun sendiri sangatlah jauh. ia dan jeno memang berniat untuk pergi liburan minggu kemarin, namun hari itu ternyata tuhan berkata lain. renjun dan jeno yang saat itu tengah berhenti sejenak untuk membeli minum justru dikejutkan dengan hal tidak terduga yang menimpa renjun.

saat ingin menyebrang, renjun tak sengaja tertabrak oleh mobil yang melaju keras. ia sempat menghindar namun kakinya menjadi korban. jeno langsung membawanya kerumah sakit terdekat saat itu juga.

“aku berat, jenoo.”

“kata siapa kamu berat, huh? justru kamu butuh makan lebih banyak lagi.”

jeno tersenyum sembari gendong renjun ala bridal sebelum akhirnya dudukan lelaki manis itu di kursi rodanya.

setelahnya jeno beri kecupan sayang di puncak kepala renjun, buat pipi kekasihnya itu memerah bak kepiting rebus. jeno tertawa dibuatnya.

“nah, kalau wajahmu memerah karenaku begini kan cantik,” tangannya ia bawa untuk elus pipi gembil renjun, “daripada kamu menangis karena takut akan hal yang tidak mungkin bisa aku lakukan, meninggalkan kamu.”

“lee jeno, ish! sudah bawa aku masuk!”

jeno tertawa kencang, kekasihnya ini masih suka sekali malu-malu meski telah mengenal dirinya sedari masih berusia lima tahun.

jeno mendorong kekasihnya untuk masuk ke dalam gedung apartemen. sudah hafal dimana letak apartemen milik renjun, ia memencet tombol berangka enam pada lift.

apartemen renjun berada di lantai enam.

ting!

ketika bel lift berbunyi, pertanda bahwa keduanya telah tiba di lantai yang ingin dituju, jeno mendorong kursi roda milik renjun untuk masuk ke dalam apartemen lelaki itu.

tidak perlu besar, yang penting nyaman. renjun selalu menggunakan kata-kata itu ketika ia mencari sebuah tempat tinggal.

“masuk?” jeno bertanya. ini membuat renjun heran sebenarnya. ya, kalau mereka sudah tiba di sini sekarang, apalagi yang akan mereka lakukan selain masuk ke dalam apartemennya? namun renjun hanya mengangguk, ia ingat bahwa kekasihnya ini memang se random itu. tetapi inilah yang renjun sukai dari jeno, bagaimana lelaki taurus itu selalu membuatnya tertawa.

dan ketika jeno membawa renjun masuk, lelaki itu langsung menyalakan lampu apartemen kekasihnya. yang mana membuat renjun terperangah ketika temui keadaan apartemennya sekarang.

ruang tengah itu telah dihiasi dengan bunga-bunga serta lilin. bahkan dari tempatnya sekarang ini sudah ada lilin-lilin yang membentuk jalan untuk menuju ke tengah ruangan.

“j-jen. ini apa?” renjun tatap bingung kekasihnya. namun jeno tak menjawab, ia dorong kursi roda renjun untuk menuju ke tengah. dimana kelopak kelopak bunga itu telah bertebaran membentuk hati yang besar.

jeno dan renjun berada di tengah hati itu sekarang. setelahnya yang renjun sadari, jeno sudah berlutut dihadapannya yang tengah duduk di kursi rodanya.

“jeno...” ia tak bisa berkata-kata. yang dipanggil namanya hanya tersenyum, menampilkan eye smile favorit renjun di wajahnya.

“sayang, aku cinta kamu. kamu sudah sering dengar kata-kata itu, benar?”

renjun mengangguk kaku. ia memang sudah sering sekali dengar kata-kata itu dari jeno.

“dan sudah sesering itu, apa kamu masih meragukanku kemarin?”

“jen, bukan begitu aku-”

“aku tahu, hahaha,” jeno terkekeh, “kamu insecure, kanu takut kalau aku akan meninggalkanmu. ya?”

sekali lagi renjun mengangguk. namun ia sambil menunduk sekarang. renjun sedikit merasa malu sebenarnya, kenapa di hari ia kecelakaan itu, ia meragukan kasih jeno? kenapa ia takut bahwa jeno akan meninggalkannya semudah itu? padahal faktanya, jeno sudah menemaninya dari kecil. di setiap momen terbahagia bahkan tersedih miliknya, jeno ada disana. mendampinginya.

“karena itu renjun. sekarang aku di sini mau memberi tahu kamu sesuatu.”

renjun memandang jeno dengan tatapan bertanya. “aku ingin memberi tahu kamu bahwa aku cinta kamu. sangat. kita sudah melewati semuanya bersama, renjun. dan hari ini aku memintamu untuk kembali habiskan waktu bersamaku hingga akhir hayat kita. hingga kamu merasa bosan melihatku setiap harinya.”

mendengar kata-kata terakhir jeno, renjun menggeleng. ia sentuh tangan jeno yang berada di pahanya. “aku nggak akan pernah bosan sama kamu, jeno.”

jeno tersenyum dibuatnya. “banyak yang bilang aku ini membosankan dan tidak jelas, sayang. tapi kamu tidak. aku tidak tahu apa yang kamu lihat di diriku ini, hingga kamu mau menghabiskan waktu dari umurmu yang masih lima tahun dulu hingga sekarang umurmu sudah dua puluh tujuh tahun. tapi aku bersyukur, sebab kamu menerimaku apa adanya.”

“kamu mau menjadi kekasihku, kamu mau menghadapi segala sikap randomku setiap harinya. bahkan kamu mau melewati masa masa yang tidak mengenakkan bersamaku. aku bersyukur.”

jeno kemudian genggam tangan renjun, “lantas, bila segala itu sudah kamu lakukan untukku. kenapa pula aku harus meninggalkanmu karena keadaanmu ini, huh?” katanya bertanya.

“renjunku, sayangku, kamu sempurna. sudah berapa kali aku katakan itu kepadamu? saking sempurnanya dirimu, aku sampai tidak mengerti harus berapa kali lagi aku jatuh cinta? disisi lain aku juga tidak mengerti kenapa kamu harus merasa insecure dan takut aku meninggalkan kamu?”

punggung tangan renjun dikecup oleh jeno. “mulai saat ini, kamu tidak boleh merasakannya lagi sayang. karena dengan ini,” jeno merogoh sakunya dan mengambil kotak beludru. ia membukanya dan menunjukkan cincin di dalamnya kepada sang kekasih. “dengan cincin ini aku ingin mengatakan kepadamu bahwa aku akan terus berada di sampingmu. aku ingin mengatakan bahwa aku begitu mencintaimu, sayang.”

“maka dari itu, huang renjun, maukah kamu menikah denganku? hidup denganku untuk waktu yang lama hingga kamu mungkin merasa bosan dengan kehadiranku? menemaniku untuk waktu yang lama dan membangun keluarga bersamaku?”

“jeno, hiks!”

bukan jawaban ya seperti yang diharapkan jeno, ia justru mendapat isakan dari renjun. lelaki taurus itu panik tentu saja. ia letakkan kotak beludrunya di paha renjun dan kemudian berdiri untuk memeluk kekasihnya.

“hei hei, kenapa? kenapa nangis?”

renjun menggeleng ribut di pelukan jeno, “hiks! kamu mengajakku menikah.. tapi aku sedang seperti ini,” renjun berkata. “aku mau terlihat cantik saat menikah nanti, aku mau bisa jalan di altar buat menghampiri kamu.”

khawatirnya hilang entah kemana, ia terkekeh dengar kekasihnya. lantas ia kembali merendahkan diri dan tangkup kedua pipi kekasihnya untuk hapus air matanya. dengan penuh cinta, ia daratkan kecupan manis di hidung macung renjun.

“kan aku cuma mau mengikatmu terlebih dahuku, renjun. sembuhlah bersamaku dan nanti kita menikah, okay sayang?”

renjun berkaca-kaca lagi. ia tarik leher jeno untuk ia peluk setelahnya, “iya, jeno. ayo menikah.”