us.

hari ini joziah menghabiskan harinya bersama dengan luca. sebenernya setiap hari pun joziah akan melakukan hal yang sama, tetapi untuk hari ini, pertama kalinya ia sendirian bersama luca di rumah kairie —atau rumah milik aaron dan jordan yang lama— untuk menjaga si bayi.

ji! uuh!

“iya, sayang, uncle ji di sini. luca mau sesuatu?”

si bayi kecil hanya menepuk tangannya san terkekeh mendengar ucapan dari joziah, buat si pria juga ikut tersenyum gemas. tak berhenti di sana saja, setelah selesai dengan tepuk tangannya, luca menolehkan wajahnya ke kanan dan ke kiri bergantian, “yi? yi?” celotehnya menggemaskan sembari mengeces yang buat joziah gemas untuk kesekian kalinya.

“ayi lagi kerja sayang, nanti sebentar lagi ayi pulang, ya? sama uncle ji dulu ya?” jawabnya pada luca sembari mengelap liur yang keluar dari mulut si kecil.

sibuk berceloteh ceria selama beberapa menit, tenaga si bayi habis juga pada akhirnya. ia menyandarkan kepala pada joziah yang tengah menggendongnya dan memainkan baju yang dipakai uncle ji-nya itu. “ngantuk, sayang?” joziah bertanya yang tak dibalas apapun oleh si bayi, pertanda bahwa si bayi sudah lelah dan siap tertidur.

alhasil, joziah menaruh luca pada kasur tipis —yang kairie pasang untuk luca bermain di ruang tengahnya— disusul dengan dirinya yang ikut tiduran disebelah luca. ia tepuk tepuk pelan perut si kecil yang perlahan mulai masuk ke dunia mimpinya.

suasana hening itu berhasil membuat joziah turut mengantuk jika luca tidak tiba-tiba bergerak tidak nyaman. mungkin karena terbiasa dengan ayi, hari ini luca sedikit kesulitan tidur. joziah pun mengelus kepala si bayi dengan lembut sembari menyanyikan beberapa lagu yang ia ketahui untuk anak-anak. benar saja, itu berhasil. si kecil mulai terlelap, terdengar dari suara nafasnya yang mulai teratur.

“luca, uncle ji sayang banget sama luca. makasih ya sayang udah hadir di hidupnya uncle ji?” tentu saja tidak ada jawaban, tetapi joziah tetap tersenyum, ia hanya ingin luca mendengarnya.

“luca, boleh nggak uncle ji ijin buat jadi papanya luca? uncle janji bakal buat luca sama ayi bahagia. walaupun misalnya nanti uncle ji nggak jadi papanya luca, uncle janji bakal pastiin hidup luca baik sampai nanti luca besar. uncle sayang banget sama luca sama ayi, jadi uncle nggak mau kalian berdua kesusahan nantinya. ijinin uncle ji buat usaha ya, sayang? doain uncle juga supaya ayi kamu mau terima cintanya uncle.”

setelah mengucapkan itu, joziah terkekeh. menertawai dirinya sendiri yang bisa mengeluarkan kata-kata seperti barusan. jika melihat mundur, rasanya ia yang dulu tidak akan mengeluarkan kata-kata itu dari mulutnya. “you really fell head over heels for both of them, joziah caine,” gumamnya.

hingga tiba-tiba joziah rasakan ada tangan melingkar di punggungnya, “yi? ini kamu?” tanya pria itu, kemudian menoleh sedikit ke belakang. benar, itu kairie. lelaki manis itu menenggelamkan wajahnya pada punggung joziah yang perlahan terasa basah.

sontak, joziah panik dan langsung menegakkan tubuhnya. ia bawa kairie untuk duduk dan ia hapus air matanya, “kenapa nangis? ada yang jahat sama kamu di sanggar?” kairie menggeleng.

“terus?” kairie kembali menggeleng. kali ini langsung dilanjutkan dengan pelukan pada joziah. “kamu..”

“iya aku kenapa? aku ada salah bicara sama kamu, yi?”

“kamu kenapa sweet banget sama aku sama luca? kenapa kamu tetep berjuang buat kami padahal aku nggak kasih kamu kepastian selama ini, zi? apa yang aku lakuin sampai ketemu sama kamu? rasanya kalaupun aku bales cinta kamu, aku nggak akan bisa kasih yang sama besarnya kaya yang kamu kasih ke aku sama luca.”

ah, rupanya kairie mendengarkan ucapan cringe nya pada luca barusan. joziah tersenyum, ia mengelus surai kairie yang maish ada di pelukannya, “you don’t have to give me anything, yi. i love you both unconditionally, and that’s why I’ll do whatever I can to make you and luca happy. you don’t need to earn love by doing something in the past because, everyone, including you, deserves a big kind of love.”

i love you, ozi. i really do. makasih banyak buat cintamu ke aku dan luca.”

joziah merasa tubuhnya tak bisa bergerak mendengar itu, seolah seluruh dunia mendadak berhenti berputar mendengar ucapan pria manis itu. sudah satu bulan sejak ia memutuskan menunggu dan menyayangi kairie serta luca tanpa syarat, dan akhirnya, kata-kata yang selama ini hanya ia bayangkan, keluar langsung dari bibir orang yang ia cintai.

kairie masih dalam pelukannya dan joziah bisa merasakan detak jantung lelaki itu berdetak cepat, tak jauh berbeda dari miliknya. ia mengecup puncak kepala kairie dengan lembut, bersamaan dengan setetes air mata harunya jatuh pada pipi kairie. perjuangannya selama ini, rasanya memberikan hasil yang terbaik.

thank you for trusting me with you heart, yi. i love you more,” bisiknya pelan. perlahan, joziah melepas pelukan mereka. ia merogoh kantongnya dan mengeluarkan satu kotak berwarna putih. ia menyodorkan itu pada kairie, meminta lelaki manis itu membukanya.

ketika kairie membuka itu, ia tak dapat berkata-kata. “zi.. ini? sejak kapan..? kamu tahu aku bakal confess ke kamu hari ini... atau gimana?”

“itu udah ada di kantongku sebulan lalu, yi. sejak kamu minta aku buat nunggu kamu,” joziah tersenyum, ia ambil kotak yang sudah dibuka oleh kairie dan ia membaliknya menghadap kairie agar si pria manis kembali melihat cincin berlian di hadapannya dengan jelas, “marry me?”

kairie menatap cincin itu, lalu tatapannya naik perlahan ke wajah joziah—mata mereka bertemu dalam diam. air mata yang sempat berhenti sebelumnya kembali menggenang di sudut mata kairie, tak jatuh, tapi cukup membuat dadanya sesak oleh haru.

“kamu serius?” suaranya nyaris seperti bisikan.

joziah mengangguk pelan, senyum lembutnya tak berubah. “i’ve never been more sure, love.”

“tentu aja aku mau, zi. ajarin aku jadi yang terbaik juga buat kamu ya?” suaranya tercekat ketika membalas joziah. joziah tersenyum lebar mendengar itu, ia sangat bahagia. bahkan rasanya kata bahagia pun tidak cukup untuk mendeskrepsikan perasaanya saat ini. setelahnya, ia menarik kairie ke dalam pelukannya.

“habis ini tinggal bareng aku di rumahku ya? sama luca.” joziah tidak mendengar jawaban, ia hanya merasakan anggukan di dadanya. baru setelah mendapatkan jawaban itu, joziah mengecup puncak kepala kairie dengan sayang. pun ketika pelukan mereka terlepas, joziah membawa luca dalam pelukannya dan mengecup pipi gembul si bayi dengan sayang.

makasih udah ijinin uncle ji jadi papa kamu, luca. i'll do whatever it takes to make sure you and your ayi happy.