be friends

tw // mention of suicide attempt, cheating, physical abuse, premarital pregnancy

sudah hampir dua minggu kairie berada di tempat ini dan sudah delapan hari pula joziah selalu mengawasi kairie. tidak ada yang mencurigakan dari lelaki itu. namun, joziah menemukah hal lain. pria manis dengan satu anak itu kerap kali joziah temukan melamun di depan rumahnya, setiap hari, pada waktu yang sama.

hal itu membuat joziah kembali mengingat cerita jordan terkait bagaimana kairie bisa sampai di asterra. ia mencoba membunuh dirinya bersama dengan luca di gendongan. entah apa yang bisa membuat pria —yang joziah baru tahu ternyata sangat sopan dan ramah di depan orang yang ditemuinya— justru memilih untuk menyerah dan pergi.

“kairie,” siang itu, di hari ke-9 joziah mengawasi kairie, joziah putuskan untuk menyapanya. ia mungkin dinilai seram selama ini oleh kairie —begitu juga penduduk asterra saat pertama kali mengenalnya—, tapi ia tidak mau membuat lelaki manis itu kembali kesepian. joziah rasa menjadi teman bagi lelaki manis itu tidak ada salahnya, ia tidak dirugikan, dan ia tidak akan menyesal jika suatu saat ia mendengar kabar buruk tentang lelaki itu dan ia tidak mencoba menolongnya sama sekali.

panggilan itu ternyata membuat si lelaki manis tersentak, “joziah?” kairie terkejut, ia segera berdiri dari duduknya dan bersihkan debu yang menempel padanya.

“duduk lagi aja, gue mau duduk juga, boleh?” kairie menganggukan kepalanya cepat, “tentu aja, boleh. silakan.”

joziah tersenyum, tak ada yang menyadarinya, bahkan kairie sekalipun. leader asterra itu kemudian mendudukan dirinya di sebelah kairie. suasananya canggung, hingga akhirnya joziah berdehem dan bertanya, “anak lo dimana?”

“oh, luca? dia lagi tidur siang. ini jamnya tidur siang.”

jadi itu kenapa gue selalu nemuin dia ngelamun di jam yang sama tiap hari? karena bayinya lagi tidur?

“oh,” joziah mengangguk, kemudian ia bertanya lagi, “maaf kalau gue menyinggung, dia anak kandung lo?” mendengar pertanyaan itu kairie tersenyum.

“iya, luca anak kandung aku.”

“papanya?” tidak ada jawaban. kairie terlihat ragu untuk menjawab. “gapapa kalau nggak mau jawab, gue nggak maksa kok. maaf ya.”

“ehh! jangan minta maaf. kamu nggak salah juga. sebenernya, dulu aku punya tunangan, belum sampai menikah kita punya luca. tapi waktu luca baru lahir, aku temuin dia lagi berduaan sama rekan kerjanya.. ke hotel.. aku tunggu dia sampai malam dan dia nggak keluar dari hotel itu, sama sekali,” terangnya.

jujur saja, joziah terkejut ketika kairie jujur kepadanya. dari cerita yang ia dapat dari jordan juga aaron, kairie menolak untuk menceritakan apapun soal dirinya dengan mereka. “jadi, lo putusin?”

kairie terkekeh, “enggak,” ia tatap joziah kemudian, “aku bodoh kan?”

baru joziah akan menyangkal, kairie kembali mengeluarkan suaranya, “aku lakuin itu demi luca, tapi tepat di hari kak jordan temuin aku itu, dia marah. dia marah karena aku tanya ke dia soal rekan kerjanya itu dan dia lemparin aku sama vas bunga. luca... luca juga hampir jatuh dari kasur karena dia nangis waktu aku nggak bisa tenangin luca karena dia jambak aku,” jawabnya sembari tersenyum dan joziah tahu itu bukan senyum senang karena mata pria manis itu mulai berlinang air mata.

and you're going trough all of that.. alone?

joziah mulai iba, terlebih saat kairie kembali menatapnya, “siapa lagi yang aku punya selain luca? mama pergi sama pria lain, papa udah nggak ada dan titipin aku ke mantan tunangan aku yang ternyata kaya gitu. aku nggak tahu papa akan sekecewa apaa lihat aku sekarang, aku pasti udah ngecewain beliau.”

“kairie..”

hiks!

joziah terkejut begitu dengar lelaki manis itu mulai sesenggukan. alhasil, ia bawa kairie ke dalam pelukannya sembari menggumamkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. “aku nggak bisa bayangin gimana reaksi papa waktu tahu aku jadi kaya gini. aku juga nggak tahu gimana reaksi luca nanti waktu tahu aku sempet mau ajak dia ngakhirin hidupnya. semuanya pasti kecewa sama aku. berhari-hari aku mikir, joziah, aku mikir kenapa semuanya dateng ke aku di satu waktu yang sama. aku nggak kuat.. hiks.. demi tuhan, i'm not his strongest soldier.”

joziah tak bisa berkata apa-apa, ia hanya menepuk punggung pria yang baru-baru ini diketahuinya itu. entah apa yang ada di dirinya hingga kairie bisa menumpahkan semua pada dirinya. tapi apapun itu, joziah bersyukur. “kairie, gue nggak tahu apa rencana tuhan, tapi gue yakin apapun itu, itu terbaik buat lo. gue juga yakin papa lo bangga sama lo, karena lo bisa ngelewatin ini semua. luca juga bakal bangga sama lo karena lo udah perjuangin apapun yang lo punya buat dia. percaya sama diri lo sendiri, ya?”

kairie melepas pelukannya. dapat joziah lihat lelaki manis itu menghapus air matanya sembari melemparkan senyum padanya, “itu kalimat terpanjang yang pernah kamu kasih ke aku selama ini,” katanya, “makasih ya joziah, aku nggak tahu kenapa aku akhirnya bisa blabbering waktu ditanya sama kamu, semuanya ngalir gitu aja,” lanjut kairie sembari tersenyum, senyum paling tulus yang pernah joziah lihat selama 2 minggu ini.

joziah merasa hatinya menghangat mendengar itu. ada sesuatu yang menjalar di dadanya melihat senyum dan mendengar ucapan terima kasih dari kairie. “i'm happy that i can help,” katanya sembari memalingkan wajah dan memegang tengkuknya yang terasa hangat.

“iya, terima kasih banyak ya.”

kairie masih berseri-seri ketika akhirnya joziah keluarkan kalimatnya lagi, “gue tau ini tiba-tiba banget, how about we become friends? lo bisa panggil gue kapan aja lo butuh temen atau chat gue.”

can i?”

“gue nawarin lo, kairie.”

kairie terkekeh, “lucunya kamu baru nawarin jadi temen aku setelah aku nangis-nangis di pundak kamu, joziah.”

“ya, lo udah emosional duluan, gue bisa apa?” kairie membuka mulutnya tidak percaya mendengar itu. ia mendaratkan satu tinju di lengan joziah, “that's so mean!” protesnya yang membuat joziah tertawa.

kairie hanya menggelengkan kepalanya, ia kemudian menyodorkan tangannya, “so.. friends?

“lo umur berapa sih? ngapain pake begituan juga?”

“lakuin aja kenapa sih!?” kairie berkata sembari menyodorkan tangannya lebih dekat, kali ini joziah menerimanya. “friends.

keduanya saling melempar senyum sebelum akhirnya tangisan dari luca terdengar sampai keluar, membuat kairie segera masuk ke dalam tak lupa ia membawa joziah untuk turut masuk. untuk berkenalan dengan luca, katanya. memang ada-ada saja, tapi joziah tidak keberatan kali ini.