What Do You Want From Azure?
Ketika keempatnya sampai pada Azure, mereka segera masuk ke dalam istana, tempat dimana Eve berada sekarang.
Kala netra Alan dan Earl menangkap Eve di gendongan Chasel, segera keduanya berlari dan membawa sang putri dalam dekapan. “Eve.. baba rindu padamu,” Earl berkata sambil mengecup pipi putri kecilnya.
Sedang Alan dibelakang tubuh Earl menatap wajah putrinya dengan bahagia. Ia usap pipi memerah milik Eve yang tengah menatapnya dengan lucu sekarang ini.
Sama dengan Earl, Alan pun rindu dengan putri kecilnya.
Puas memandangi wajah ayu putrinya itu, Alan mendongak. Menatap ke arah mereka yang berada di singgasana. Saat menemukan satu orang asing yang berada di pegangan pengawal, ia mengernyit, setelahnya menatap Chasel, meminta penjelasan pada pemuda yang sempat membantunya beberapa hari ini.
“Chasel?”
“Lebih baik biar Zelene saja yang menjelaskan, Yang Mulia.”
Earl yang mendengar nama Zelene segera mendongak, ia mencari sosok wanita yang katanya sempat ditolak oleh Azure itu dengan tatapan bertanya. Entah apa pertanyaan yang Earl berikan dari tatapan itu, tak ada yang tahu.
Sebab di benak sang Ratu Azure sekarang, banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan pada Zelene.
“Zelene? Bisakah kau jelaskan?” Alan bertanya, yang dijawab anggukan oleh Zelene.
Zelene melangkahkan kakinya masuk ke depan salah satu pintu masuk ke Azure dengan pelan.
Sebenarnya wanita itu tahu bahwa Azure tidaklah seperti kerajaannya, sudah pasti ada penjaga di pintu masuk kerajaan ini. Maka sebelum ia masuk, ia menghubungi Chasel dan meminta pemuda itu untuk membawanya masuk.
Chasel, pemuda elf itu adalah seorang yang dekat dengan Zelene dan juga Eigenlicht. Sebab pernah sekali, Chasel tersesat ke dalam sana dan Zelene menolongnya.
“Apa yang membawamu ke sini huh?” Pemuda elf itu berikan tanya pada sang ratu.
“Kemarin raja dan ratumu ke Eigenlicht untuk mencari putri mereka.”
“HUH? MEREKA KE KERAJAANMU?”
“Kau tidak tahu?”
Chasel menggeleng, sang raja tak pernah mengucapkan ke mana mereka akan mencari putri mahkota. Jika saja Chasel tahu bahwa raja ratu serta kedua kakak dekatnya itu akan menuju ke Eigenlicht, Chasel pasti akan menghentikan mereka. Karena tak mungkin Eigenlicht melakukan hal itu.
“Lalu mau apa kau kesini?”
“Kudengar, Azure kekurangan air. Maka dari itu aku bersama dengan beberapa peri Eigenlicht memutuskan untuk berkunjung dan membantu sedikit.. yah aku tahu kekuatan kami memang masih jauh di bawah Azure. Tapi peri Eigenlicht telah belajar lebih banyak soal air. Jadi, antarkan aku ke raja dan juga ratumu.”
“Raja dan Ratu belum kembali, Zelene. Eve belum ditemukan.”
“Huh?” Zelene mengernyitkan dahi, apakah kedua — ah keempatnya sekarang tengah mencari keberadaan Eve di kerajaan lain? Atau mereka masih berada di Eigenlicht?
“Tapi aku tahu kau mau membantu, jadi aku mengajakmu untuk masuk. Kita berdoa saja nanti saat mereka kembali, Azure sudah lebih baik atas bantuanmu dan Eve sudah ditemukan.”
Maka dengan bantuan Chasel, Zelene dapat masuk ke dalam. Zelene pamit pada Chasel untuk berjalan-jalan sebentar melihat Azure sedangkan Chasel meminta ijin untuk kembali ke istana sebab dirinya pun mendapat tugas dari sang raja dan ratu.
Wanita Eigenlicht itu menemukan suatu gua di dekat istana. Gua yang sama dengan gua dimana Earl dan Alan temukan tiara dan kalung milik Eve.
Ketika masuk ke dalamnya, tentu Zelene terheran. Sebab gua ini sepenuhnya berwarna hitam, sama seperti gua di Eigenlicht – namun tanpa cahaya biru yang melengkapi. Sedangkan setahu Zelene, hanya Eigenlicht lah yang memiliki gua seperti ini dan hanya mereka penduduk Eigenlicht lah yang dapat mengubah gua menjadi warna hitam seperti ini. Pertanyaannya sekarang, untuk apa penduduk Eigenlicht melakukan ini ke Azure?
“What happened to this cave? Tidak mungkin gua di Azure seperti ini.”
Zelene masuk makin dalam sampai akhirnya ia mendengar sesuatu. Suara tangisan.
Langkah wanita itu menuju asal suara dan terkejut ketika temukan seorang bayi di sana.
Bersama seorang yang sangat ia kenal.
“Merlette?”
“Dan begitulah, setelahnya aku mengurungnya dan memanggil Chasel untuk ke gua ini. Ternyata bayi ini adalah putri kalian berdua.”
Alan dan Earl membelalakan matanya, “Jadi..?”
“Benar, selama ini Eve berada di sana.”
“Dan bayi yang kami lihat di istana Eigenlicht adalah..?”
Zelene terkekeh sinis, ia kemudian melirik wanita yang berada di pegangan pengawal Azure itu. “Kalian tanyakan saja pada wanita itu, apa yang dia lakukan.”
Namanya Merlette, salah seorang peri dari Eigenlicht. Ia tak memiliki sihir, ia memang mempunyai sayap yang sempurna, namun sayapnya tak memiliki sihir seperti peri lainnya.
Kerap kali peri tersebut dilempari kata-kata ejekan oleh beberapa peri lainnya. Merlette kesal.
Hingga akhirnya, Merlette mengetahui Alan. Seorang dari Azure, yang sosoknya dielu elukan oleh setiap peri di sana. Sosok yang hebat, sosok yang sangat tampan.
Pernah sekali ia mendengar sebuah perkataan dari seorang peri Eigenlicht mengenai Alan.
Raja Alan, dari Azure itu, kamu tahu kan? Ia pernah berkata bahwa bukan kelebihan seseoranglah yang dinilai dalam hidup. Maka jangan pernah berkecil hati sebab kamu tidak seperti yang lain. Karena di setiap kekurangan kamu itu, ada sebuah kelebihan yang tidak dimiliki orang lain, sebuah keajaiban yang belum tentu dimiliki oleh orang lain. Begitu ucap salah seorang peri kala itu, berhasil membuat Merlette sedikit lebih percaya diri karena kekurangannya.
Maka dengan keberanian penuh, peri itu masuk ke dalam Azure. Ia menyelinap untuk melihat sosok Alan yang dikaguminya dan ia justru mengetahui apabila Alan sudah akan memiliki seorang putri dari ratunya.
Rasa kesalnya makin menjadi-jadi kala ia sempat melihat Alan memperlakukan ratunya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Sesuatu yang tak pernah Merlette rasakan semenjak usia belia.
“Alan, putri kita akan lahir sebentar lagi, kamu mau memberinya nama apa?” tanya Earl kala itu, yang didengar oleh Merlette — yang bersembunyi tepat di samping jendela kamar raja dan ratu Azure tersebut.
“Eve. Cheverly Evandrey. Aku ingin dia lembut hati sepertimu dan ia akan bawa keajaiban bagi Azure.”
Merlette tersenyum mendengarnya, “Justru putrimu lah yang nantinya akan membawa bencana bagi Azure.”
Dengan itu, maka setelah putri Alan juga Earl lahir, ia kembali ke Azure.
Dengan tongkat yang dicurinya dari kediaman Zelene, ia menyerap beberapa air di daerah Azure secara perlahan. Pikirnya itu akan membuat Alan juga Earl kebingungan.
Dan benar ia berhasil buat keduanya kebingungan.
Maka di keadaan seperti itu, Merlette dapat menyamar menjadi salah seorang peri Azure dan membawa putri Alan dan Earl pergi dari sana pada saat yang tepat.
Ah bukan pergi dari sana, lebih tepatnya bersembunyi. Mengubah sebuah gua di sana menjadi hitam, menyerap air dan yang lain dengan tujuan untuk membuat Alan dan Earl mengira Zelene, sang ratunya lah yang melakukan semua itu — ini adalah hal yang pas, sebab siapa yang tidak tahu bahwa Zelene pernah ditolak oleh Azure?
Marlette menggunakan itu untuk mengadu domba. Ia senang melihat Zelene — yang selalu buatnya iri hati sebab segala kemahirannya — mendapat masalah.
Rencananya adalah ketika Alan dan Earl lengah, maka ia akan masuk ke dalam Azure, mengambil semua sihir di kerajaan itu, dan menjadikan Alan miliknya. Hanya miliknya.
Sama seperti yang pernah dilakukan Eleanor.
Lubang kecil di gua itulah yang menjadi tempatnya untuk keluar masuk mencari bahan pangan untuk tetap bertahan. Ketika Alan juga Earl ke gua saat itu, ia bersembunyi dengan jubah hitam khas Eigenlicht yang dimilikinya — yang berwarna sama dengan gua hitam tersebut.
Sungguh, Alan dan Earl tak mengerti. Bagaimana bisa seorang Merlette berpikir untuk melakukan ini? Terlebih lagi bagaimana bisa Alan dan Earl terjebak? Peri itu bahkan membuat ilusi dirinya sendiri yang tengah membawa Eve di istana Eigenlicht supaya Alan dan Earl tetap di sana.
“Sekarang beritahu aku, bagaimana kita bisa mengembalikan Azure, huh?” Herold berucap sebal pada wanita peri disebelahnya saat mendengar alasan tersebut.
Mau berapa kali sihir di Azure mau di ambil untuk mendapat cinta Alan? Benar-benar gila.
“Aku.. tidak tahu soal itu. Maaf.”
Alan dan Earl menghela nafasnya mendengar itu. Sekarang bagaimana?