The Stars in His Eyes

Karena sebuah cuitan dari tweet milik Jeremy yang sebenarnya salah akun itu, kini suasana di meja yang dipakai oleh Avenir dan juga Jingga terasa sangat panas bagi lelaki kelahiran Maret tersebut.

Bagaimana tidak? Sedari tadi ledekan terus keluar dari mulut Noah maupun Hendra, bahkan sekali-sekali Aidan pun juga turut menertawakannya.

Beruntung sekali tak ada Jeremy disini.

Lelaki itu pergi dari meja berdalih harus bersiap-siap tampil, padahal Avenir saja belum latihan sama sekali dan baru masuk ke dalam cafe sekitar 15 menit yang lalu. Ada-ada saja.

“Udah-udah, ayo masuk ke ruangan kita aja. Kita latihan dulu sebentar sebelum tampil,” Aidan berkata, menghentikan ledekan yang sampai sekarang masih membuat Jingga bungkam sambil menahan malu.

Di sinilah mereka sekarang, ruangan yang disediakan oleh pemilik cafe untuk mereka yang akan mengisi acara malam ini. Ternyata, Jeremy sudah ada di sana sedari tadi, memainkan gitarnya asal sambil sesekali bergumam menyanyikan nada tidak jelas.

“Jer, tanggung jawab nih Jingga—”

“Udaaah, latihan dulu kita baru lanjutin ngeledek couple kita ini.”

Benar-benar tidak ada yang kasihan pada Jingga, padahal lelaki itu sedari tadi menunduk di kursinya sambil menahan malu.


Penampilan Avenir tentu disambut meriah oleh banyak orang di sana. Siapa yang tidak kenal mereka? Mahasiswa kampus neo yang seringkali mengisi acara di banyak cafe itu sudah banyak dikenal orang.

Namun malam ini, tak seperti biasanya. Sang gitaris, Jeremy- yang biasanya saat tampil akan fokus pada leher gitarnya, kini tidak lagi memandang ke sana.

Lelaki yang banyak disukai itu malam ini hanya memandang pada satu tempat saja, tak berganti. Ke arah meja dimana lelaki manis yang baru-baru ini menarik perhatiannya duduk, Jingga Aksara.

Jingga, lelaki itu juga kadang bertemu pandang dengannya dan langsung mengalihkan pandangan. Tak mau berbohong, Jingga membuat Jeremy gemas setengah mati.

Satu hal yang baru Jeremy sadari, netra Jingga itu,

Indah.

Walau ia hanya melihatnya dari jauh, tetapi bintang di mata Jingga masih dapat matanya tangkap dengan jelas. Jeremy tak mengerti, padahal ia baru bertemu dengan Jingga sekitar 2 minggu yang lalu, tapi mengapa lelaki sahabat band-matesnya itu dapat membuat dirinya gila seperti ini? Aneh.

Juga, ketika tepukan tangan memenuhi cafe dengan riuh, Jeremy lihat Jingga tersenyum bangga sambil mengarahkan ibu jarinya pada dirinya juga Noah, Hendra, dan Aidan.

Netra Jeremy bertemu dengan netra penuh bintang itu. Lagi. Saat mata mereka bertemu itulah, Jingga tersenyum lebar dan kembali acungkan ibu jari padanya.

Dapat Jeremy lihat, mulut lelaki itu melisankan kata good job padanya tanpa suara.

Malam itu, untuk pertama kalinya, jantung Jeremy berdebar kencang, lebih kencang dari pada sebelum-sebelumnya.

Melihat senyum tulus dari Jingga rasanya seperti ada banyak kupu-kupu berterbangan di perutnya.

Singkatnya saja, dia jatuh cinta.