soulmate

warn! lowercase, broken english

greb!

peluk itu kio berikan kala elias berada di depannya, sibuk mempertanyakan apa yang dirinya harapkan tadi.

“aku ngga mau lagi di sana eli, sakit.. hati aku sakit.”

mengetahui bahwa kio tengah tidak baik-baik saja, elias balas pelukan tersebut. biarkan kio tenang dahulu di pelukannya.

waktu yang makin malam tak lantas buat kio maupun elias lelah. saat ini keduanya tengah duduk di pinggir salah satu danau di cassiopeia, kio telah ceritakan semua pada elias, tentang masa kecilnya, tentang ibu dan tentang apa yang terjadi barusan.

dan demi tuhan, elias ingin sekali sembunyikan kio dari dunia ini. semenjak kenal dengan kio, satu hal yang ia idam-idamkan adalah untuk menjaga lelaki manis itu.

perbedaan dunia yang menganggu mereka itu buat elias tak dapat melakukan apa-apa selain menunggu takdir bermain. dan kini, disaat takdir bermain, rasanya jahat sekali.

elias ingin, ketika bertemu dengannya, kio sedang bahagia, kio sedang berbahagia atas keberhasilannya di dunia sana. namun yang didapatnya justru seperti ini, kio yang tengah putus asa, kio yang tak biasa seperti kio yang dikenalnya.

sosok kecil nan usil juga lucu itu kini tengah berada di titik terendahnya.

lihat itu semua, elias pun berjanji ia tak akan tinggalkan kio barang sedikitpun. janjinya untuk lindungi pria manis itu, akan selalu ia lakukan.

“sini, bersandar ke aku.”

kio tanpa ragu semakin masuk ke dalam pelukan elias, sandarkan kepalanya yang terasa berat pada lelaki yang berstatus 'saudara tapi soulmate'nya ini.

“maaf ya, ki. sorry you have to go through all of that,” elias usak rambut coklat milik kio dengan penuh kasih sayang.

“jangan biarin aku balik ke sana, eli. aku nggak mau..”

“tapi mama kamu gimana ki? mummy?”

“mummy lebih pilih papa, yaudah. aku punya eli, aku nggak butuh yang lain.”

untuk sembuh dari lukanya, tentu kio butuh banyak waktu. kio sudah berusaha tegar selama ini, ia selalu lakukan semuanya demi sang mama hingga perlakuan terakhir sang mama berhasil hancurkan hatinya yang telah retak sedari lama.

“sayang, hei.”

what did you just called me?

kio tegakkan tubuhnya ia tatap elias dengan tatapan tidak percaya, sedang yang baru keceplosan mengerjapkan matanya kaget.

“k-ki..”

what did you just called me, eli?

“s-sayang?”

wajah keduanya total memerah. mereka refleks palingkan pandangan dari netra satu sama lain.

“maaf..” elias bergumam kala menyadari suasana canggung tercipta disekitar mereka.

no.. it's okay..

mendengar jawaban itu, elias mengerahkan keberaniannya, ia genggam tangan kio yang digunakan oleh sang empu sebagai tumpuan untuk duduk. ditariknya tangan kecil itu untuk dikecup.

“e-eli..”

why? you're my soulmate, tho?”

elias berikan senyumnya, keberaniannya yang sudah terkumpul itu kemudian diapakainya untuk tunjukkan cinta bagi kio. elias tak mau pria manis itu merasa bahwa ia tak lagi dicintai, karena elias mencintainya, sangat mencintai pria manis itu.

pria cassiopeia itu setelahnya elus tangan kio dengan lembut, “kio.”

“hm?”

it's okay, kalau kamu hari ini nggak bahagia di duniamu, aku mau kamu bahagia di sini.”

“maksudnya?”

kio mengernyitkan dahi, ia tak paham apa arti kalimat lelaki soulmatenya ini. “aku yang bakal buat kamu bahagia hari ini, ki. dengar, mama kamu sayang banget sama kamu, itu pasti. ibu mana yang ngga sayang sama anaknya?”

“tapi—”

“dengerin dulu, sayang.” kio yang dengar itu langsung mengatupkan bibir, menunduk menyembunyikan rona merah. dan itu berhasil buat elias gemas setengah mati.

“mama kamu mungkin salah di mata kamu karena membela papa kamu. tapi sayang, mau bagaimanapun juga, mama dan papa kamu adalah soulmate mereka ditakdirkan buat bersama, mungkin begitu awalnya. lantas gimana perasaan mamamu disaat dia harus mempertahankan itu dengan papa kamu, disisi lain kamu juga nggak bahagia? mama kamu berdiri di tengah, nggak tahu harus pergi ke mana.”

“aku juga tahu, nggak seharusnya mama kamu diam aja menerima perlakuan papa. tapi tanpa bertanya pun, aku akan tahu apa jawaban utama mama kamu kalau ditanya 'kenapa kamu bertahan walau sakit rasanya?'. kamu mau tahu jawabannya ki?”

“apa?”

because she loves you. mama kamu nggak mau kamu terluka karena ada di keluarga yang terpecah belah.”

“tapi aku mending begitu daripada mama sakit, aku sakit.”

“apa kamu pernah bicara gitu ke mama?”

“berkali-kali, eli. dan jawaban mama tetep sama. dia nggak mau aku kekurangan uang hingga aku nggak bisa lanjutin pendidikan, mama nggak mau aku kesusahan kalau tanpa papa, mengingat mama nggak kerja.”

see? mama mau kamu tumbuh menjadi seorang yang sukses. aku nggak mau menghakimi, sayang, aku nggak akan bilang mana yang salah dan mana yang benar. karena bagaimanapun juga setiap orang punya sudut pandangnya sendiri-sendiri. tapi sayang, keadaan kaya gini, kalau nggak pernah dikomunikasiin bertiga, kamu, mama kamu, dan papa kamu, pasti nggak akan pernah selesai.”

i don't wanna see them anymore.

elias mafhum dengan itu. ia lantas bawa kio kembali ke dalam pelukan, “nggak papa, waktu bakal sembuhin. dan aku bakal ada di samping kamu selama itu, ki.”

promise?

“janji. kalau gitu mau jadi pacarku nggak?”

kio mengernyitkan dahi dalam pelukan elias. kemudian dengan tega, ia berikan pukulan di punggung sang lelaki dengan keras.

“aduh! kenapa?”

“ya kamu pikir dong?! ngajak pacaran gampang banget!”

“ya kan aku cinta sama kamu.”

“ya kamu nggak pernah bilang! kalau kamu nggak bilang sekarang aku mana tau kalau kamu cinta— eh bentar, tadi kamu bilang kamu cinta aku? sejak kapan?”

sudahlah sama saja.

“kapan-kapan.”

“ih eliiii jawab yang benaar pertanyaanyaaa!”

elias terkekeh ketika mendapat pukulan dari kio di lengannya. sedikit keras sih, tapi, elias tak papa seperti itu, yang penting kionya tersenyum hari ini dan lupakan sejenak masalahnya. ia akan jawab semua pertanyaan kio mengenai perasaannya dengan senang hati. elias tak ingin kio mengingat hari pertamanya di cassiopeia sebagai hari yang buruk.

sebab nantinya, elias pasti akan bawa kio untuk tinggal di sini, bersamanya. elias tak ingin ingatan kio soal 'bagaimana kamu datang ke cassiopeia?' buruk adanya.

jikalau ingatan itu datang lagi pun, biarlah elias yang jadi tempat bagi kio untuk mengeluh, biarlah elias menjadi tempat bagi kio untuk berpulang dan berbahagia. untuk jadi rumahnya.

tak peduli dimanapun mereka berada, tak peduli sejauh apa mereka berpisah, elias akan selalu berusaha menjadi rumah bagi kio. itu janjinya.

pada kio, kasihnya. dan juga pada semesta yang telah takdirkan pria semanis kio kepadanya.