Rasie and The Hospital

Berbekal Alamat yang dikirimkan oleh Dariel melalui ponsel milik Arasy tadi, Sean beserta Kalan menelusuri jalan menuju lokasi tersebut, tempat dimana Arasy mengikuti acara reuni – makan makan dengan teman-teman kuliahnya.

Begitu mata Sean menangkap nama restoran yang sama dengan nama yang tertulis di ponselnya, ia meminta kalan untuk menepi. Lelaki itu segera keluar dari mobilnya setelah mobil terparkir dengan sempurna diikuti dengan Kalan.

“Arasy,” lelaki itu bergumam pelan kala ia menemukan tubuh Arasy berada di sofa. Bersama dengan lelaki seumuran lelaki manis itu yang Sean tebak bernama Dariel.

Segera, Sean mendekat dan menatap wajah Arasy, wajah yang sudah hampir empat hari tidak dilihatnya, wajah yang begitu Sean rindukan. “Kenapa bisa gini?”

“Gue nggak tahu, Kak. Tadi gue lagi nyambut temen-temen yang lain, gue tinggal Rasynya dia bilang nggak papa. Yaudah gue tinggalin. Waktu gue balik dia udah di lantai sama hapenya kebuka di roomchat punya lo. Jadi gue chat lewat situ aja suruh lo ke sini,” jelas Dariel.

“Terus lo nya nggak langsung bawa ke rumah sakit gitu?” Kalan menyerobot, ia kesal melihat Arasy justru dibiarkan di sofa restoran bukannya di bawa ke rumah sakit.

“Temen gue yang bawa mobil lagi ambil barang ketinggalan, Kak. Gue nunggu ojol pasti lebih lama lagi.”

Sean menghela nafasnya, ia kemudian berdiri dari posisinya dan memutuskan untuk menggendong Arasy jika saja Kalan tak menghetikannya, “Heh! Lo lemes gitu ntar jatuh berdua malah berabe, Yan!”

Sean tak mendengarkan, ia menaruh tangannya di bawah lutut dan punggung milik Arasy, mengangkat lelaki kesayangannya dengan Bridal Style, “Gue bisa, ayo ke rumah sakit sekarang,” katanya kemudian berlari ke depan.

Sesampainya di mobil, Sean membawa Arasy ke tempat duduk penumpang di belakang, membiarkan lelaki manis itu duduk di pangkuannya dengan kepala bersandar di dadanya.

“Kamu kenapa sih, sayang, hm? Kakak khawatir banget sama kamu dari kemarin,” gumamnya pelan sembari mengelus pipi Arasy dengan tangannya yang bebas – yang tidak dipakainya untuk menahan tubuh Arasy dari belakang.

“Yan-”

“Buruan, Lan.”

Kalan yang baru masuk ke mobil mengangguk, ia pun juga khawatir melihat lelaki manis sahabatnya itu seperti ini. Sean sedikitnya bersyukur sekarang sudah hampir malam, jalan di sana tidak begitu ramai hingga mereka dapat sampai di rumah sakit dengan cepat.

“Kak Se..” Sean yang sedari tadi menatap jalan menunduk kala rungunya mendengar suara milik Arasy.

“Sayang? Sayang, Rasie, mana yang sakit hm?” Sean menggenggam tangan bertanda lahir milik Arasy dan mengelusnya lembut. Membuat lelaki manis yang merasa nyaman tersebut menyembunyikan wajah di dada milik Sean, menangis di sana.

Ditengah rasa sakit kepalanya yang mendera, ia rindu bau milik suaminya.

“Sayang, hei, kenapa? Mana yang sakit sayang? Beritahu kakak.”

“Pusing, Kak Se. Dingin,” gumamnya lemas.

“Lan, bawa mobilnya cepetin,” perintahnya sembari mengambil selimut yang sengaja ia taruh di mobilnya untuk menutupi tubuh Arasy.

“Sebentar sayang, kita hampir sampai ke rumah sakit, ya?”

Sedang Arasy hanya mengangguk memejamkan mata, kepalanya terasa sakit dan perutnya terasa bergejolak.


tw // miscarriage

“Bagaimana, dokter?”

Dokter yang baru saja keluar dari tirai tempatnya memeriksa keadaan Arasy menghela nafas. Ia meminta Sean untuk duduk dan berbicara dengannya.

Dokter tersebut menunjukkan hasil usg milik Arasy kepada Sean, jika usg yang diberikan oleh Arasy dulu, Sean dapat melihat adanya dua janin di sana, sekarang hanya satu yang dapat dilihatnya dari foto di tangan dokter. Apakah..?

“Seperti yang bisa anda lihat, janin kembar kalian satunya tidak terdeteksi,” Dokter menjelaskan, membuat Sean menahan nafasnya sejenak.

Vanishing twins syndrome, kejadian ini biasa terjadi di kandungan kembar, sebenarnya. Penyebab adanya vanishing twins syndrome pun belum dapat diketahui penyebabnya hingga sekarang walau sering terjadi, para ahli bilang bahwa ini dapat terjadi karena adanya kelainan kromosom pada bayi. Ini pun tidak berdampak apa-apa pada yang mengandung juga bayi yang satunya. Tapi-”

“Tapi bagaimana dokter?”

“Kehamilan pada laki-laki masih termasuk sesuatu yang asing bagi kita, kan? Jika biasanya vanishing twins syndrome pada kandungan wanita yang masih berusia satu hingga tiga bulan tidak akan berisiko besar, maka pada laki-laki berbeda.”

Sean tidak sebodoh itu untuk tidak memahami bahwa Arasynya tengah dalam bahaya. Apakah selama ini tidak cukup cobaan untuk mereka? Selama satu tahun pernikahan, mereka harus dipisahkan oleh jarak dan sekarang setelah mereka bersama cobaan juga tetap datang pada mereka.

“Apa ada kemungkinan terburuk dari ini?” Sean selipkan sebuah arti dalam pertanyaannya, dan dokter mengerti.

“Tentu saja ada, Tuan. Walau ini mungkin tidak berefek selama masa kehamilan, tapi nanti pasti ada komplikasi di trimester akhirnya.”

Dan jika begini, artinya Sean dan Arasy hanya dapat berharap bahwa Tuhan masih berbaik hati kepada mereka untuk merasakan hangatnya kasih sayang keluarga kecil mereka nanti. Bukan begitu?

Sean menatap tirai yang menutupi tempat dimana Arasy berbaring dengan khawatir. Bagaimana caranya memberitahu lelaki manis itu?


p.s : Aku cuma baca soal Vanishing twins syndrome pada perempuan di internet dan yang lainnya demi keperluan cerita, aku ngarang. Maaf kalo ada salah kata. Please, don't take it seriously ya guys, tia.