Louie and Little Io

Louis, atau pangeran yang dikenal oleh publik dengan nama Prince Adrian itu melangkahkan kakinya ke taman kerajaan miliknya.

Dengan Langkah tegapnya ia berjalan, tak lupa sapa beberapa tamu yang tak sengaja berpas-pasan dengannya dengan ramah. Memang idaman seluruh dunia.

Si Pangeran kedua Conor itu tersenyum ketika temukan kekasihnya sejak empat tahun lalu tengah bersembunyi di balik labirin daun — buatan ayahnya yang selalu ia dan kakaknya mainkan sedari kecil hingga saat ini — sembari hentak-hentakkan kakinya kesal.

Maka dari itu dengan pelan ia berjalan ke sana, dapat ia dengar ada suara lain— yang ia yakini adalah Zevas — pelayan pribadi sang kekasih, tengah menenangkan si pangeran kecil dari Ainsley itu disertai helaan nafas lelah yang tak ada habisnya.

Ih bener kata aku, harusnya ngga usah kesini! Apa apaan Louie!

Yaudah sih, kenalan doang, Lio. Apa salahnya?

Aku ngga siap lagi jelek gini! Masa ketemu Raja Conor!

“Siapa yang jelek?”

Dan kalimat dari Adrian berhasil buat keduanya berjengit kaget.


“Kamu hari ini sempurna banget, sayang. Jelek darimana?”

Karena Adrian dan Zevas menariknya keluar dari labirin, akhirnya Lionel pun menurut. Ia berjalan pasrah ditengah kedua lelaki yang tingginya sama itu dengan lemas.

“Louie..” ia menggumam lemas dikala matanya tak sengaja tangkap segerombolan tamu yang ada lima meter di hadapannya.

“Hm? Kenapa sayang?”

“Lewat belakang aja, ya? Aku ngga mau ketahuan tamu.”

“Yaudah, sini.” Adrian menggandeng tangan kekasihnya dengan lembut dan berjalan masuk ke dalan istana dari belakang.

Adrian ingat, ayahnya belum keluar saat ini. Alhasil ia ajak Lionel untuk naik ke atas, tempat dimana ruang tamu khusus kerajaan berada.

Zevas sendiri telah pamit undur diri sebab lelaki itu sadar, tak seharusnya ia ikut masuk ke dalam istana selain di ballroom yang memang dibuka malam ini.

“Louie aku deg-deg an.”

Relax, sayang. Dad memang udah lama mau kenal kamu tau. Aku buka ya?”

Lionel pun menghela nafas dan menganggukkan kepalanya. Ia berdiri dengan tegak. Ia berpikir, tak ada salahnya juga sih, ia berkenalan dengan ‘calon mertuanya’ kelak.

Melihat anggukan dari sang terkasih, Pangeran Conor itupun buka pintu ruang tamu kerajaannya.

“Dad, Mom.”

Sang raja dan ratu yang melihat putranya bersama seseorang lantas berdiri dari duduknya. Dan Lionel segera sambut keduanya dengan menunduk sopan.

“Yang Mulia. Perkenalkan saya Lionel Ainsley, dari Kerajaan Ainsley.”

“Kekasihku, Mom, Dad.”

Kedua pemimpin Conor itu tersenyum lebar lihat sosok Pangeran Ainsley, sosok yang berhasil buat putra mereka jatuh cinta.

“Welcome to Conor, Sayang. Akhirnya kita bisa bertemu dengan kamu.”

Bercakap-cakap sejenak, Lionel akhirnya sadar bahwa ketakutannya sedari tadi hanyalah sekedar angan-angan. Ia tak menemukan adanya ‘ketidakramahan’ dari kedua orang tua kekasihnya. Keduanya menerima ia dan juga hubungannya dengan Adrian dengan baik. Mereka bahkan meminta Lionel memanggil mereka Mom dan Dad, sama seperti bagaimana Adrian memanggil keduanya.

“Jadi— Lio.. eum.. Io?”

“Mom sama Dad bisa panggil aku senyamannya. Lio aja boleh atau Io juga boleh. Kaya Louie.”

Keduanya menatap Lionel gemas. Baru kali ini mereka dengar putra mereka dipanggil dengan ‘Louie’ atau ‘Louis’.

“Okay, Io? Jadi kapan kalian mau go public?”

Adrian pun menatap kekasihnya mendengar itu. Sebab dari awal yang kekeuh ingin menyembunyikan adalah Lionel. Lionel sendiri yang mendengar itu tersenyum canggung. Ia menunduk dan dengan pelan dan malu-malu menjawab, “Nanti aja.. nunggu waktu mau nikah, hehe.”

Yang mana jawabannya itu buat Adrian dan kedua orang tuanya terkejut.

“Sebenernya, sayang..” Adrian berkata, buat Lionel menoleh padanya.

“Hng?”

“Aku sebenernya udah siapin dan omong-omongan sama Mom Dad soal ngelamar kamu.”

“Eh?”


“Bener, Lio. Beberapa hari lalu, Adrian diskusi sama kami berdua. Dia bilang mau mengirim lamaran ke Ainsley, kerajaan kamu. Jadi ya, kalau ngomongin pernikahan, mungkin sebentar lagi.. kalian bisa..”

Lionel menunduk malu. Tak menyangka kekasihnya telah mempersiapkan lamaran untuknya.

“Jadi..?”

Adrian terkekeh dan kemudian usak rambut kekasihnya gemas, “Tunggu beberapa hari lagi ya sayang, nanti kamu bisa jawab lamaran aku dan kita menikah.”

Lionel tak dapat berkata-kata, dia membuka mulutnya kaget sedari tadi, ia tak dapat berkata-kata hingga salah seorang pengawal kerajaan masuk ke dalan ruangan dan beritahu bahwa keluarga kerajaan dapat keluar untuk menyambut tamu dan berdansa.

“Jadi Io, mau dansa bareng aku nggak?”

“Aku.. kan kita masih...”

“Buat apa disembunyiin lagi kalau pada akhirnya kamu nanti jadi punyaku?”

“Louie..”

So? Dance with me?” Adrian memberikan jemarinya ke arah Lionel. Si pangeran kecil itu menatap ragu jemari kekasihnya dan tatap sang raja dan ratu yang sudah bergandengan sembari tatap keduanya dengan senyum.

Sang ratu berikan anggukan kecil pada Lionel, hingga akhirnya ia terima gandengan dari kekasihnya.

I'll dance with you, Your Higness.

Until the end of the day?

“Bahkan kamu bisa minta aku dansa sampai besok, kalau kamu mau, Louie.”