Kept My Promise

Laki-laki yang kini sudah resmi menjadi seorang ayah dari dua — atau tiga?— orang anak itu berjalan cepat melewati lorong rumah sakit, menuju dalam kamar dimana lelaki tercintanya tidur selama ini.

Selepas mendapat pesan dari sang ibu dan ibu mertua bahwa Arasy telah bangun dari tidurnya, Sean buru-buru pergi dari kantor. Tak peduli lagi dengan teriakan Kalan tadi —yang menanyai dirinya yang terlihat kaget bercampur bahagia.

“Rasie.”

Pintu tersebut dibuka oleh Sean. Kala netranya bertemu tatap dengan lelaki manis yang tengah duduk di kasurnya sembari menggendong seorang bayi dan memeluk seorang lelaki kecil, jagoan mereka, hati Sean menghangat. Rasa lega berangsur-angsur datang pada lelaki tampan itu ketika ia tahu bahwa Arasy, hidupnya, masih ada di sana.

“Dad!” Suara lelaki kecil kesayangan keduanya terdengar. Ia lepas peluk dari sang papi dan menghampiri ayahnya yang lain —yang terdiam di depan pintu. “Daddy! Papi udah sadar, ayo peluk!”

Tangannya di tarik untuk mendekat. Ketika Sean sudah berada di depan Arasy, lelaki itu merasa emosional. Rasanya melegakan dapat melihat sosok Arasy membuka matanya. “Kak Se?”

Suara itu. Suara yang selama dua minggu ini Sean tunggu untuk dengar kembali. Tak mempedulikan kedua ibu yang tengah menatapnya, Sean peluk Arasy. Erat. Bersama dengan Kaylee —yang berada di gendongan Arasy— juga Keane.

“Kamu bangun, sayang. Kamu bangun,” ia berbisik serak. Ia berikan kecupan sayang berkali-kali di puncak kepala Arasy, mengabaikan satu tetes air mata yang keluar dari netranya sebagai tanda bahwa lelaki itu lega.

“Aku udah janji sama Kak Se. Aku nggak suka ingkar janji.”

Sean menghapus air matanya, ia tangkup wajah Arasy dan berikan kecupan di keningnya, sekali lagi. Melampiaskan rasa bahagia bercampur leganya.

“Dad, nangis. Hii~”

Suara dari Keane memecah keharuan diantara keduanya. Sean sontak menoleh dan tersenyum lebar kala sang putra tengah menunjuknya dengan senyum tak kalah lebar. Ia bawa sang putra dalam gendongan dan mengecup pipi gembulnya. “Dad kangen tidur bareng Keane.”

“Keane juga!”

Keduanya —Sean dan juga Keane di gendongannya— duduk di samping ranjang Arasy dan menatap bayi kecil yang tertidur nyaman di pelukan sang papi. “Cantik ya? Mirip kamu,” Sean berkata pada Arasy.

“Mhmm, Kaylee kan namanya? Kakak beneran turutin mau Rasie.”

Sean mengangguk. Ia tersenyum menatap Arasy yang menyentuh hidung kecil putri mereka, membuat bayi kecil itu menggeliat kecil. Lucu.

“Keane juga udah lihat dedek?” Arasy bertanya pada putra kecilnya yang dibalas anggukan semangat. “Huum! Sudah! Baby Kay lucu mirip papi banget, hehe.”

Arasy tertawa, ia memberikan satu kecupan sayang di pipi putranya. Buat Sean yang menatapnya sedari tadi makin tersenyum lebar.

Entah bagaimana Arasy dapat mengekspresikan perasaannya sekarang ini. Lelaki manis itu bahagia masih dapat menatap kedua lelaki yang mengisi hari-harinya selama ini, ditambah princess yang baru hadir dalam keluarga kecil mereka, Arasy bersyukur ia dapat menatap ketiganya. Merasakan kehangatan yang tiada kiranya kala melihat senyum orang orang tersayangnya mengembang.

Begitu pula Sean, selama dua minggu Arasy tertidur, Sean selalu berdoa dalam hati. Ia berharap bahwa Tuhan masih berbaik hati padanya, membiarkan dia menghidupi, membahagiakan keluarga kecilnya, yang mungkin belum dapat ia lakukan dengan baik sebelumnya. Rasa lega yang bercampur kebahagiaan yang Sean rasakan ini rasanya lebih melegakan dibanding ketika lelaki tampan itu tahu bahwa ia lulus dari kuliahnya, atau ketika ia menyelesaikan masalah di pekerjaannya.

Rasa lega Sean, lebih dari itu.

Ia tahu Arasy masih di sini, bersamanya. Bersama kedua buah hati mereka. Perasaannya tak dapat ia ekspresikan. Ia bahagia, lega, senang, juga merasa haru dan bersyukur.

Pun ketika Sean menatap Arasy merengkuh sang putri untuk pertama kalinya dengan senyum bahagia dan netra yang penuh rasa syukur. Sean tak bisa berkata-kata.

Baik Arasy juga Sean, keduanya merasa bahagia. Ketika netra mereka bertemu lagi, mereka saling melemparkan senyum. Tatapan Sean yang penuh dengan cinta ditambah dengan netra berbintang Arasy yang menandakan bahagianya lelaki manis itu. Oh, jangan lupakan juga celotehan manis Keane pada sang bayi di gendongan Arasy. Perpaduan yang sempurna.

“Kak Se, aku tepatin janji aku buat ada di samping Kak Se. Selalu ada di samping kakak. Kak Sean, makasih sudah mau sabar tunggu Rasie buat pulang. Makasih juga udah selalu jadi rumah buat aku juga anak-anak. Juga, thank you for loving me and our babies more than anything.

Mulai dari hari ini, kebahagiaan akan selalu menyambut keduanya. Meski keduanya tahu, akan ada masalah masalah kecil yang mereka hadapi lagi, mereka tak apa.

Asal bersama dengan Arasy, Sean tidak apa. Asal bersama dengan Sean, Arasy siap menghadapi semuanya, bahkan batu besar sekalipun.

Because, that's the way their love works.