Kak Se's Office
Setelah mendapatkan ijin dari Sean untuk masuk ke dalam ruangan Sean — yang ditunjukkan oleh salah seorang resepsionis tadi, Arasy masuk ke dalam.
Dan pemandangan pertama yang dilihat Arasy di sana adalah seorang wanita yang tadi dilihatnya langsung masuk ke dalam ruangan Sean tanpa ijin tengah duduk di kursi milik Sean.
“Oh.. siapa?”
Ucapan wanita itu membuat Arasy memecah lamunan. Dengan senyum sopan Arasy menjawab, “Aku Rasy..” walau sebenarnya sedikit sebal, Arasy masih tahu sopan santun. Wanita itu lebih tua darinya.
“Kok bisa masuk tanpa ijin? Padahal Sean lagi ada di ruang rapat, lo nggak bisa asal masuk aja ke sini.”
“Anu aku—”
“Keluar lo. Tunggu di ruang tunggu.”
“Tapi—”
“Gue bilang keluar ya keluar. Tunggu Sean. Lo perlu ijin!”
Arasy menghela nafasnya, ia tengah malas berdebat. Akhirnya ia mengalah, ia memutuskan keluar dari ruangan Sean.
Sebenarnya tuh, Arasy sebal. Kenapa Sean membiarkan wanita itu masuk dan keluar ruangan milik Sean seenaknya? Ada hubungan apa keduanya ini? Kenapa tadi wanita itu bilang mereka sudah mengenal lama?
Jujur saja, Arasy merasa panas. Ia tidak suka melihat ada yang dekat dengan Sean dan seenaknya seperti itu. Apalagi sepertinya Sean juga wanita itu dekat.
5 menit berdiam di kursi depan ruangan Sean, akhirnya manik Arasy tangkap suaminya sudah keluar dari ruangan rapat dan tengah tersenyum memberi salam pada rekan kerjanya. Lelaki manis itu pun berdiri dari duduknya.
“Loh sayang? Kamu di luar?” Sean yang menangkap keberadaan Arasy pun mendekat padanya. Ia membawa Arasy ke depan rekan kerjanya memperkenalkan lelaki manis yang dicintainya kepada mereka.
“Ini suami saya, Arasy.”
Arasy tentu saja tersenyum ramah dan menunduk sopan. Sebab beberapa rekan kerja Sean adalah seumuran ayahnya.
“Kamu kenapa nggak masuk, sayang? Kan kakak bilang tunggu di dalam aja.” Selepas rekan kerja Sean meninggalkan lantai itu, Sean rangkul Arasy dan berikan tanya.
“Rasy udah masuk tadi Kak Se, tapi disuruh keluar.”
“Sama siapa?” tanya Sean. Tentu saja lelaki itu terkejut. Ruangannya itu tidak bisa dimasuki sembarang orang, dan jika Arasy sudah mendapat ijinnya untuk masuk, seharusnya tak ada yang dapat mengusirnya.
“Nggak tahu.. Rasy nggak kenal. Tapi dia cewe, suaranya mirip yang di telpon Kak Se. Dia sekarang di dalem ruangan Kak Se.. eum.. duduk di kursi Kak Se.”
Mendengar ucapan Arasy, Sean menggeram. “Kim Nora.”
“Kakak?”
“Sayang, tolong jangan salah paham sama kakak ya? Yang tadi di telpon itu bukan siapa-siapa. Dia temen kakak waktu SMP. Dan kakak pun nggak tahu dia bisa masuk seenaknya ke ruangan kakak tanpa ijin dan parahnya usir kamu.”
Arasy tersenyum, Sean menjelaskan padanya sebelum diminta. “Kak Se, makasih udah jelasin karena aku tadi sempet salah paham.. hehe.”
Sean tersenyum kecil, lelaki manis itu berhasil membuat moodnya yang jelek — karena kelakuan wanita bernama Nora itu — menjadi sedikit bagus.
“Kakak cuma cinta kamu, Arasy Anderson. Udah sekarang ayo masuk. Kakak mau kasih paham ke Nora.”
“Eum.. Kak?”
“Ya, sayang?”
“Kalo Rasy aja yang kasih paham.. boleh?”
Keduanya kini sudah masuk ke dalam ruangan milik Sean. Benar saja seperti kata Rasy. Wanita itu duduk di kursi milik Sean.
“Nora.”
Nora yang awalnya sibuk dengan cermin di tangannya menoleh. Ia tersenyum menemukan Sean sudah masuk ke dalam. “Kamu udah selesai rapatnya? Aku tunggu kamu buat makan bareng dari tadi.”
Namun senyum wanita itu menghilang saat Arasy keluar dari balik tubuh Sean. “Lo! Mau ngapain ke sini?” ia berdiri dari duduknya menatap nyalang Arasy yang juga tengah menatapnya.
“Bukannya harusnya aku yang tanya gitu ke Kakak?”
“Apa?”
“Ini ruangan Kak Se, suami aku. Dan kakak masuk seenaknya ke sini.. duduk di kursi punya Kak Se juga parahnya.”
“Suami?”
“Ah, kakak nggak tahu? Aku sama Kak Se udah nikah sekitar eum.. 5 bulan?”
Dapat Arasy juga Sean lihat wanita itu menggeram marah. Namun Sean memilih diam sebab Arasy bilang jika lelaki manis itulah yang akan memberikan paham pada si wanita.
Ia hanya akan bertindak jika Nora sudah melewati batas.
“Kak, maaf sebelumnya, tapi kakak tahu sopan santun nggak? Kakak pernah diajarin kan? Rasy tahu kakak pasti pernah diajarin itu di sekolah atau mungkin waktu kakak kuliah. Iya kan? Kak Se bilang, kakak itu temen SMP nya Kak Se. Dan udah pasti kakak pernah sekolah. Ah juga, harusnya kakak sadar. Kakak itu cuma temen SMP, kakak nggak punya hak apa-apa di sini.”
“YAK!” Wanita itu mendekat kearah Arasy. Berniat memberikan satu tamparan di pipi gembulnya. Namun Sean menahan tangannya.
“Jangan berani berani kamu layangkan tangan kamu ke wajah Rasy. Nora, Rasy benar. Kamu hanya sebatas teman sekolah saya. Sudah seharusnya kamu meminta ijin untuk masuk ke ruangan saya, dan juga bersikap sopan dengan duduk di sofa yang disediakan di sini, bukan kursi saya.”
“SEAN! Tapi perusahaan kita baru bekerja sama!”
“Hanya bekerja sama. Kamu tidak punya hak apa-apa di perusahaan ini, Nora.”
Arasy yang mendengarnya tersenyum. Ia kemudian menarik Sean menjauh dari Nora dan membisikan sesuatu. Membuat Nora — yang tengah mengelus pergelangan tangannya yang tadi dicengkeram erat oleh Sean — kebingungan.
“Ah, kamu mau gitu, sayang?” Arasy mengangguk dengan senyum mendengar pertanyaan yang diberikan Sean setelah ia membisikan sesuatu pada suaminya itu. “Kamu aja yang bilang, gih. Kakak kasih ijin.”
“SERIUS?!”
“Iya sayang.”
Arasy tersenyum lebar, ia kemudian menoleh kearah Nora. “Kak Nora.. kan? Maaf, tapi aku nggak ijinin Kak Se buat kerja sama lagi sama perusahaan kakak. Kakak bisa pergi sekarang dari sini.”
Nora membelalak. “Kamu mau perusahaan Sean jatuh?”
“Kak Nora nggak kebalik yah? Bukannya malah perusahaan Kakak yang bakal jatuh? Kak Nora lain kali kalau bertindak itu pikir dulu. Utamakan sopan santun. Kak Sean udah menikah, kakak nggak seharusnya kaya gini. Dan perusahaan ini juga punya Kak Sean, kakak sebagai teman SMPnya harus sadar diri, kakak nggak bisa seenaknya aja di sini.”
“Kamu sebagai pasangannya juga nggak bisa seenaknya ngatur-ngatur dong!”
Mendengar ucapan Nora, Sean berdehem, “Sebenarnya, Nora, Rasy punya hak untuk itu. Juga, Rasy punya alasan kenapa dia melarang saya bekerja sama dengan kamu yaitu untuk kebaikan hubungan kami. Maka saya pun akan menuruti itu. Saya akan batalkan kerjasama bersama Kim Corp.”
Kepalang malu, Nora pun akhirnya memutuskan untuk keluar. Meninggalkan Arasy juga Sean yang langsung bertatapan.
“Kamu keren, sayang,” ucap Sean, memberikan usakkan gemas di rambut milik Arasy.
“Yaudah kakak makan dulu yuk. Pasti tenaga kakak habis ngadepin Kak Nora.”
“Hahahahaha, sayaaang. Iya kita makan bareng ya?”