Jaden and Rea

Rea tak dapat mendeskrepsikan perasaannya sekarang ini, bahagia, haru, semua berkumpul menjadi satu. Terlebih di saat sebuah tangan melingkari pinggangnya, mengejutkan dirinya yang sekarang tengah berada di balkon kamarnya, menatap kearah bulan yang tampak bulat sempurna.

Bulannya indah. Begitu kata Jaden tadi, maka Rea pun memutuskan untuk memandang benda yang dikatakan indah oleh lelaki yang dicintainya itu.

Selama lima tahun saling mengenal, tak pernah sekalipun ia melihat sisi lain seorang Jaden Bartels. Sosok tinggi yang selalu buatnya kesal -walau juga membuatnya jatuh cinta- itu selalu menunjukan sifat jenakanya di hadapan Rea.

Tapi disini, di kerajaan Quaver, salah satu kerajaan di Rhythm, Rea melihat sosok Jaden yang lain. Sosok yang dewasa, sosok yang melakukan apa saja demi kebahagiaan sekitarnya, sosok yang membuat Rea merasa aman dan merasa terlindungi.

Ah, tapi mau bagaimanapun juga sifatnya, Jaden selalu berhasil buatnya jatuh cinta.

“Rea..” lelaki yang memeluk pinggangnya itu mengeluarkan suara. “Hm?”

“Lo.. bahagia?”

Pertanyaan dari Jaden itu membuat Rea melepaskan tangan Jaden dari pinggangnya untuk berbalik menghadap si lelaki tampan. Malam ini, Jaden mengenakan busana putihnya, baju tidur khas kerajaan, yang berhasil membuat Rea berdebar hanya dengan menatap penampilannya.

“Bareng sama lo di sini? Gue bahagia, Jaden. Bahagia banget sampai rasanya gue mau nangis.”

Jaden tersenyum, ia tatap netra berbintang milik Rea yang dulu selalu ia kagumi -meski di dalam diam. “Rea,” panggilnya.

“Ya?”

“Gue juga bahagia. Gue bahagia bisa ngelakuin ini semua bareng sama lo. Gue bahagia bisa perjuangin lo di dunia ini dan berakhir dengan happy ending seperti yang lo mau.”

Rea tersenyum, “Jaden, ayo dansa sama gue.”


Malam itu, tanpa iringan musik, keduanya berdansa di balkon istana, ah tepatnya di balkon kamar sang ratu Quaver. Tangan kekar milik Jaden melingkar dengan apik di pinggang Rea, sedang tangan milik Rea melingkar di leher milik lelakinya.

Keduanya tak membutuhkan sebuah iringan musik, sebab sekarang, mereka hanya mau bersama dalam hening, mensyukuri hal yang terjadi sekarang. Bagaimana mereka dibawa ke dunia yang lain di mana mereka berperan sebagai sepasang suami istri yang mau berpisah dan menyelamatkan pernikahan keduanya dengan rencana yang dapat dibilang asal-asalan.

Baik Jaden, maupun Rea merasa bahagia.

“Re,” di tengah keheningan itu Jaden keluarkan suara, memanggil sosok yang tengah berdansa bersamanya.

“Ya, Jaden?” gerakan mereka berhenti, atau lebih tepatnya Jaden yang menghentikan kegiatan berdansa mereka untuk menikmati wajah cantik Rea dibawah sinar bulan.

“Gue bukan orang yang sempurna, gue lahir dari keluarga yang broken home, mama gue pergi waktu gue masih kecil, gue selama ini tinggal sama papa. Dan tiba-tiba 7 tahun lalu, papa pergi ninggalin gue. Gue seorang diri, Re. Sampai akhirnya gue ketemu sama lo, Aldo, juga Macey di sebuah audisi musik. Turned out, ketiga orang yang gue kagumi waktu audisi jadi bandmates gue sekarang.”

Rea menatap Jaden dalam diam, tak pernah sekalipun ia tahu bagaimana kisah lelaki tampan itu sebelum ini. Sebab Jaden tak pernah bercerita, dan dirinya pun tak pernah mencoba untuk bertanya.

“Jade-”

“Dan di dalem band itu, gue jatuh cinta, Re. Sosok diri lo, Reaghan Aston, sosok yang dulu selalu sembunyi waktu ketemu gue, sosok yang cerewet banget yang selalu bikin band kita kerasa hidup, dan sosok yang selama ini selalu gue buat kesel, itu sosok yang bikin gue jatuh cinta. Rea, semalem sebelum gue sama lo dibawa ke sini, gue hampir nyerah, Re. Gue nyerah karena gue pikir gue nggak akan pernah dapetin hati lo,” Jaden berhenti sejenak.

“Tapi ternyata besoknya gue dibawa ke sini, bersama lo, dan gue tahu satu fakta, bahwa gue nggak jatuh sendirian. Gue bahagia, Re. Rasanya seumur hidup gue, gue gak pernah ngerasa sebahagia ini. Dan ini semua karena lo, makasih banyak, Rea. Makasih.”

“Jaden, gue juga bahagi-”

Jaden menaruh telunjuknya di bibir Rea, “Simpan ucapan bahagia lo untuk sekarang, Re. Gue mau lo ucapin rasa bahagia lo itu waktu Rea dan Jaden sebagai bandmates ini, juga udah bersatu jadi kita.”

Rea membelalak, ia tak bodoh, ia memahami apa perkataan Jaden. “Reaghan Aston, lo mau jadi pacar gue?”

Dan tentu saja, Rea tak akan menolaknya. “Lo masih tanya? Tentu aja gue mau, Jade. Gue juga cinta sama lo!”

Jaden terkekeh sebelum membawa Rea ke dalam pelukan. Di tengah pelukan itu, dapat Jaden juga Rea rasa tubuh mereka terasa ringan, itu membuat keduanya melepas pelukan. Rea tentu saja merasa panik, apa yang terjadi sekarang?

“Jade kita-”

“Ssh, lo liat.”

Rupanya sekarang adalah waktunya Jaden juga Rea kembali ke dunia mereka. Sebab, sesuatu yang ditunjukkan Jaden tadi adalah sosok Raja dan Ratu dari Quaver yang berada di balkon tempat mereka berada tadi.

Berpelukan dengan tangan sang raja mengelus lembut perut ratunya.

“Lo udah siap buat kembali?” bisik Jaden di telinga Rea.

“Kembali buat ngerasain jadi pacar seorang Jaden? Tentu aja gue lebih dari siap.”