His Precious Little Family

Jika ditanya bagaimana perasaan seorang ayah ketika melihat atau mendengar kata 'ayah/daddy sibuk' dari anak-anaknya, pasti jawaban mereka akan sama.

Hati mereka seperti tertohok sesuatu yang tajam

Sama halnya dengan Aksa, salah satu member dari group yang hingga saat ini masih begitu popular itu merasakan hal yang sama ketika membaca catatan kecil milik putranya, Jio, yang tadi difoto oleh Axel dan dikirimkan ke dirinya.

Meskipun ia awalnya biasa saja ketika membaca catatan milik Jio, tetapi saat membaca tulisan terakhir di catatan milik putranya, ia tertohok.

'Karena daddy sibuk banget, jadi Jio buat ini buat nanti dilakuin waktu daddy udah nda sibuk'

Begitu tulis putranya. Aksa masih mengingat jelas setiap tulisan di sana. Perasaan bersalahnya muncul begitu saja. Memang akhir-akhir ini dirinya sibuk menyiapkan comeback dari Azora's dan selalu pulang larut malam ketika putra-putrinya telah tidur.

Maka setelahnya tanpa ragu, ia meminta pada managernya untuk mengijinkan dirinya mengambil libur barang sejenak.

Aksa mau mengajak keluarga kecilnya untuk berkumpul bersama, berjalan-jalan untuk melepas rindu.

Jalan-jalan keluarga itu terasa menyenangkan hati, benar-benar sebuah penghilang penat bagi Aksa.

Perasaan bersalahnya pun hampir hilang saat ini, jika saja sewaktu keluarga kecilnya sudah sampai di rumah Jio tidak memeluk kaki kanannya sambil berkata, “Daddy, no sibuk-sibuk lagi ya? Jio kangeeeen!”

Perasaan bersalahnya itu makin menjadi-jadi saat Ceila, sang adik juga ikut bergabung memeluk kakinya yang lain.

“Cei anen,” ucapnya sambil mengangguk angguk dan menatap Aksa dengan lucu.

Tak tahu harus apa, Aksa menatap Axel yang sedari tadi melihat mereka, Axel hanya tersenyum dan mengangguk. Axel tahu, kedua anaknya merindukan sang ayah, sangat. Terlihat dari perilaku keduanya hari ini yang hanya mau daddy, daddy, dan daddy.

Axel tak masalah dengan itu, ia justru bahagia. Bahagia keluarga kecilnya sangat harmonis sekarang ini.

“Woaaaah!!” lamunan Axel pecah ketika suara teriakan dari Jio dan Ceila terdengar. Rupanya sepasang adik-kakak itu dibawa oleh Aksa ke gendongan secara bersamaan.

Walau berteriak pada awalnya, tapi Jio dan Ceila setelahnya tertawa bersama dengan Aksa, juga Axel yang hanya duduk memandang ketiga insan yang paling berharga untuknya.

Lelaki manis itu membiarkan ketiganya bermain baru setelah jam menunjukkan pukul 5 sore, ia menghentikan keseruan ketiganya dan menyuruh Jio dan Cei untuk segera mandi dan bersih-bersih sebelum larut malam.


“Kak? Anak-anak minta bobo bareng nih.”

Aksa yang awalnya tengah sibuk dengan lirik lagunya menoleh kearah pintu kamar.

Di sana ada Axel, sang suami, yang tengah berdiri dan sudah lengkap dengan piyama beserta putra putrinya yang bersembunyi di balik tubuhnya.

“Ya sini dong, sayang-sayangnya, daddy. Kenapa malah sembunyi dibalik badan papa gitu?”

Setelahnya, kasur milik Aksa dan Axel langsung diserbu ganas oleh Jio maupun Cei. Keduanya berebut untuk mendapatkan tempat di sana.

“Jio, Cei! No berantem! Kasurnya besar, jadi Cei sebelah papa, Jio sebelah daddy. Okay?”

Ucapan tegas Axel tentu saja langsung dituruti keduanya, mereka menempati tempat yang dikatakan sang papa baru akhirnya Axel ikut duduk di atas kasurnya. Menghimpit kedua anaknya ditengah dirinya dan Aksa.

“Dad, kemalin Jio gambalnya dapet selatus loh!”

“Cei! Ceii uga!”

“Telus Jio juga dibilang pintel sama bu gulu, soalnya Jio bisa jawab matematika.”

“Cei uga!”

“Ih Cei baby ngapain ikut-ikuuut? Kan belum sekolaaaah!”

“Cei! itut!”

Axel dan Aksa hanya tertawa gemas melihat perdebatan keduanya. Mereka heran, bahkan disaat rasa kantuk sudah menyerang Jio dan Ceila, keduanya masih bersemangat untuk sahut-sahutan.

“Pa, Cei ntuk.”

Ketika merasa bahwa Ceila sudah menyenderkan diri pada tubuhnya, Axel pun membenarkan posisi putrinya itu supaya tidur dengan posisi yang nyaman. “Cei udah ngantuk tuh, bobo yuk, Ji?” Axel mengajak sang putra yang masih aktif mengobrol dengan sang daddy.

“Nda mau! Mau sama dad!”

“Eh, ikutin kata papa sayang ya? Bobo, besok main lagi sama daddy, okay?”

“Okay!”

Dan setekahnya Jio memberikan kecupan di pipi Axel dan Aksa bergantian, “Good night, papa and daddy!” dan dibalas kecupan kompak di pipi kanan kirinya, “Good night too, Jio.”

Tak lama, suasana menjadi tenang. Hanya Axel juga Aksa yang masih terjaga di sana. “Sayang, udah tidur?”

“Belum kak, kenapa?”

Aksa meraih tangan Axel, melewati tubuh kecil kedua anaknya. “Maaf ya? Aku sibuk banget akhir-akhir ini sampai lupa kalau aku harusnya juga bagi waktu buat Jio, Cei, juga kamu. Kamu pasti juga repot banget jagain mereka yang lagi aktif-aktifnya ini sendiri. Maaf ya, sayang?”

“Kak, kamu kerja buat kita. Lagipula aku nggak repot kok jaga mereka, kan anaknya kakak tuh nurut semua sama aku.”

“Aku bukan ayah yang baik, ya, Xel?”

“Hei, siapa yang bilang? Kalo kakak bukan ayah yang baik mana bisa ini anak-anak kita sebesar ini? Mana bisa juga mereka penuh kasih sayang gitu kalo bukan karena kakak?”

Aksa melepas pengangan tangannya pada tangan Axel dan mengelus rambut Jio dan Ceila bergantian. “Tapi aku selalu sibuk, bahkan aku udah banyak ngelewatin masa pertumbuhan mereka sampai mereka udah sebesar ini sekarang.”

“Nooo, kakak nggak ngelewatin masa pertumbuhan mereka kok. Mereka masih Jio dan Cei kecil, bayi-bayinya Aksa sama Axel. Aku tahu kok, kakak udah berusaha keras buat luangin waktu sama mereka. Dan aku bersyukur mereka nggak sedikitpun kekurangan kasih sayang dari daddy mereka.”

Axel tersenyum memandang Aksa sebelum melanjutkan, “You're the best dad ever. Jangan pernah berani bilang kaya tadi lagi karena kakak itu superheronya mereka. Daddy is Jio and Cei's superhero.”

“Sayang? Makasih banyak udah kasih aku kebahagiaan ini ya?”

“Makasih juga udah hadir dalam hidup aku, Kak Aksa. Aku sayang kakak.”

“Aku juga sayang kamu, Axel. Juga sayang babiesnya kita.”

Dan sebelum tertidur, Aksa sempatkan mengecup kening ketiga insan yang menjadi alasan ia bekerja keras sekarang. Aksa bersumpah, ia sangat mencintai ketiganya.

Putra dan putri kecil daddy, jangan cepat-cepat dewasa ya? Ayo buat banyak kenangan bersama daddy dan papa terlebih dahulu. setelah cukup baru daddy akan lepaskan kalian untuk mengejar mimpi juga takdir kalian. Daddy sangat menyayangi Jio juga Cei.

Dan untuk Axel, duniaku. Terima kasih banyak telah membawa banyak warna ke kehidupan aku. Terima kasih juga sudah menjaga juga mendidik malaikat-malaikat kecil kita ini dengan sangat baik. I love you, papa.

Fin