Happy Boyfriend Day, Daddy!
“Dad pulang!”
Sean membuka pintu utama rumahnya sembari bawa beberapa kantong belanjaan berisikan barang yang dititipkan oleh suami manisnya.
“Hei? Ini pada kemana? Ngga mau sambut daddy sambil lari-lari kaya biasanya?” ia berucap sekali lagi dengan bingung. Pasalnya, setiap ia pulanh dari kerja, ia akan selalu disambut dengan pelukan di kaki oleh Keane dan Kaylee. Ditambah dengan rengekan Kyle —yang baru-baru ini dapat merangkak— sebab ditinggalkan oleh kedua kakaknya.
“Udah sampai?”
“Oh sayang..”
Suara Arasy membuat Sean menoleh pada tangga. Arasy baru saja turun ke lantai dasar dan langsung beri Sean sebuah pelukan. Yang tentu saja dibalas dengan hangat oleh si pria. Lengkap dengan kecupan sayang di dahi.
“Anak-anak mana? Ini kakak tadi beliin permen sama biskuit kesukaan mereka.”
Sean mengedarkan pandangan ke penjuru rumah, namun sayang tak sedikitpun ia lihat eksistensi ketiga buah hatinya. Suara-suara manis mereka pun tak ada yang terdengar.
“Naik dulu aja, yuk, Kak.”
“Ngga mau ngerayain Boyfriend Day?”
Arasy tersenyum, “Udah, naik dulu aja. Belanjaannya taruh meja situ. Besok aku beresin.”
Sean ditarik oleh Arasy naik ke atas, menuju kamar utama yang terhubung dengan kamar buah hati mereka. Iya, connecting door. Sebab tak jarang Kaylee maupun Keane merengek ingin tidur bersama dad papi beserta adik Kyle mereka.
Arasy membuka kamar utamanya bersama Sean. Tak ada apa-apa di sana selain satu kotak besar di dekat ranjang.
“Sayang apa itu?”
“Buka dong.”
Keduanya mendekat ke kotak itu dan Arasy biarkan Sean membukanya.
Betapa terkejutnya pria yang usianya sudah memasuki kepala tiga itu kala ketiga buah hatinya berteriak mengejutkannya.
“Happy Boyfriend Day, Daddy!”
“Wawawawa, Dy!“
Ucapan dari kedua buah hatinya, ah maksudnya tiga, walaupun satunya belum begitu jelas. Ketiga kakak beradik itu mendekat pada Sean dan berikan bunga mawar dari origami kepada superhero mereka.
Ah, aku lupa menyebutkan. Jangan lupakan bahwa origami yang berada pada tangan mungil Kyle sudah hancur sebab diremas oleh sang empu.
“Terima kasih, sayang-sayangnya, daddy.” Namun, meski begitu, ketiga bunga origami itu Sean terima dengan senang hati.
Ketiganya bersorak senang kala bunga origami itu sampai di tangan sang ayah. Sean hampir saja membuka tangannya untuk meminta peluk dari ketiganya. Namun sayang, ucapan satu-satunya princess di keluarga kecil Anderson itu menghentikannya.
“Eitss, peluk teletubbiesnya nanti dulu, dad! Kadonya papi belum!”
Sean lantas menoleh pada sosok manis yang sedari tadi hanya tatap keempat rumahnya dengan penuh cinta dengan bersilang tangan di depan dada. Ketika keduanya bertemu tatap, Arasy naikkan alisnya, seolah bertanya untuk apa Sean menatapnya seperti itu.
“Apa?”
“Kamu ada kado juga buat kakak?”
“Ngga ada, tuh.”
“Papi bohong, Dad! Padahal daritadi Papi sibuk sendiri siapin kado buat daddy! Katanya mau rayain boyfriend day!” Keane berceletuk.
Lantas Sean berdiri dan berhadapan dengan Arasy. Lelaki manis itu kemudian mengambil kadonya untuk Sean yang ia taruh di nakas.
Figura foto. Isinya adalah foto pertamanya bersama Arasy dulu setelah saling diperkenalkan secara resmi oleh keluarga mereka.
Alias, saat pertama kali mereka bertemu lagi setelah sekian lama, saat keduanya tahu bahwa mereka akan menghabiskan waktu bersama dalam pernikahan.
“Kak Se inget foto ini? Hehe. Selca pertama kita. hampir 6 tahun yang lalu.”
6 tahun yang lalu. Waktu rasanya cepat sekali ya.
Sepertinya baru sekali Sean menikahi Arasy. Namun sudah 6 tahun pernikahan mereka berjalan. Walau dirundung beberapa suka duka, namun Sean dan Arasy selalu jadikan itu pelajaran. Semua kenangan baik juga buruk yang mereka alami, mereka kemas dengan rapi dalam memori mereka. Memori yang akan selalu keduanya bawa sampai akhir hayat nanti.
“Ini..”
“Aku ubek-ubek akun aku. Dan aku nemu ini. Aku tahu mungkin ini kado nggak ada apa apa—”
“Kado ini ada apa-apanya, sayang. Setiap kado punya makna sendiri dan kakak yakin makna yang kamu berikan dibalik kado ini adalah sesuatu yang besar.”
Arasy tersenyum mendengar penuturan Sean, ia genggam tangan suaminya dan berucap, “Karena hari ini boyfriend day, makanya aku cari foto kita sebelum nikah dulu. Walau kita nggak sempet pacaran, tapi hari-hari manis yang aku rasain setiap ketemu sama kakak itu bener bener istimewa. Makasih, sudah hadir disamping aku, ya, Kak Se?”
Arasy mendekat dan berikan kecupan pada pipi lelakinya, “Happy Boyfriend Day, daddy,” Ia berbisik sebelum menjauhkan wajahnya dari Sean.
“Happy boyfriend day too, papi. Maaf Kakak nggak siapin apa-apa. Kakak nggak tahu ini—”
“Kehadiran kakak disamping aku sama anak-anak setiap harinya udah jadi hadiah yang terbaik dalam setiap momen, Kak Se.”
Sean tersenyum. Ia kemudian buka lengannya meminta Arasy untuk masuk dalam dekapannya. Ketika Arasy sudah memeluknya, ia lirik juga ketiga buah hatinya yang sedari tadi menatap dad dan papinya dengan senyum, meminta mereka ikut masuk ke dalam pelukan. Tentu saja langsung diikuti oleh Keane dan Kaylee. Kyle? Bayi kecil itu merangkak ke tengah-tengah kaki Sean dan Arasy, sehingga Arasy menggendongnya untuk masuk dalam pelukan.
“Dad sayang kalian semua. Makasih ya?”
“Makasih juga, Dad!”
“Nah, Kaylee udah bersih. Sekarang tidur ya? Besok sekolah.”
Sean tersenyum pada putri kecilnya. Ia baru saja selesai menguncir rambut Kaylee, kebiasaan si gadis kecil itu ketika tidur. Memang Sean dan juga Arasy selalu bergantian menguncir rambut Kaylee, ini atas permintaan si princess kecil itu sendiri.
Sean sendiri heran dengan kebiasaan ketiga anaknya sebelum tidur. Keane yang harus dipeluk dahulu, Kaylee harus dikuncir terlebih dahulu, dan terakhir, si kecil Kyle, jagoan terakhir Sean itu tak akan mau tidur sebelum Sean dan Arasy tidur mengapitnya di tengah-tengah.
Memang sangat unik, namun Sean menyukainya.
“Dad, daddy tahu?”
“Hm?”
“Harusnya hari ini rencananya Kak Ean, Illie, sama Eil pergi ke rumah grandma. Soalnya papi bilang mau pacaran sama daddy soalnya ini Boyfriend day.”
Sean menatap putrinya yang bercerita dengan semangat, “Terus, kak?”
“Tapi akhirnya ngga jadi. Kak Ean sama Illie bingung, kenapa ngga jadi. Akhirnya papi bilang. Boyfriend daynya kita dibuat beda aja. Kan orang pacaran selalu nunjukkin rasa sayang, kaya papi sama dad, kan?! Akhirnya papi bilang, kita rayain aja berlima. Soalnya kita semua sayang daddy! Hehe!” Kaylee tersenyum dan berikan pelukan pada sang ayah di akhir kalimatnya.
Tak tahu saja apabila Sean sudah tak dapat menahan senyumnya mendapat ungkapan sayang berkali-kali hari ini dari keempat malaikat tersayangnya.
“Daddy lebih sayang sama kalian semua, Illie, Kak Keane, Kyle, dan juga papi.”
Dari ujung matanya, Sean dapat melihat Arasy berdiri dengan menggendong Kyle dengan senyum canggung. Ketahuan sudah jika ia hampir saja menitipkan ketiga buah hatinya pada sang ibu karena ingin merayakan hari ini bersama Sean.
Arasy sebenarnya sedikit merasa bersalah. Ia sadar ia sudah tak muda lagi, ia sudah memiliki tiga buah hati. Dan sudah kewajibannya untuk mengikutsertakan ketiganya dalam seluruh rencananya. Arasy hanya sedikit rindu berdua saja dengan Sean.
“It's not your fault for being like this, Rasie. Kakak sadar, kita punya anak waktu usia kamu masih muda banget. Kakak nggak menyalahkan kamu kalau kamu memang pengen kita berdua aja. Besok ya? Besok kita dinner berdua, mau?”
“Bareng anak-anak?”
“Kakak juga kangen Rasie. Lagipula besok mami mau bawa trio K ke rumah mama. Tadi siang udah ijin sama kakak. Jadi?”
“Iya, Rasie mau, Kak Se.”
Dan biarlah hari penuh cinta dan sukacita itu diakhiri dengan pelukan hangat Sean untuk Arasy. Sebagai salah satu hadiah untuk Boyfriend day.
Kasih sayanglah yang akan membuat hari itu berharga, begitu ucap Arasy. Maka Sean pun akan mengawali dan mengakhiri hari ini dengan kasih sayangnya kepada Arasy juga ketiga buah hati mereka.