happy birthday, kio
warn! lowercase, broken english, family issues, mention of cheating
pria manis bernama kio itu tersenyum ketika temukan sosok sang mama, atau yang biasa ia sebut dengan mummy, ketika ia pulang ke rumah.
“happy birthday, sayang. how was your day?”
kio tunjukkan senyum bahagianya. jangan salah, meskipun dalam pesan, ia dan mummy selalu banyak berdebat, tapi sosok mummy adalah satu-satunya yang bisa buat kio bahagia.
“sama kaya biasa, mum. tapi sekarang lebih baik waktu lihat mummy, apalagi nanti mau masak buat mummy, hehe,” katanya diakhiri sebuah senyuman.
mummy tentu terharu mendengarnya. beliau kemudian peluk tubuh putra kecilnya dengan satu tangan, sebab tangan yang lain beliau pakai untuk memegang kue ulang tahun kio.
“happy birthday, kio nya mummy.”
“thank you, mum. everything is getting better when i know that you're here. waiting for me to come home, everyday, eveytime. makasih sudah mau lewatin ini semua sama kio ya, mama.”
netra sang mama berkaca. demi tuhan, beliau sangat sayangi putra kecilnya ini, kio nya ini begitu polos dan bersih. rasanya untuk hidup dalam dunia yang jahat bagi mereka ini, kio tak pantas.
he's definitely deserve something more.
“harusnya mama yang makasih sama kio. maaf karena kio nggak lahir di keluarga yang baik-baik aja, maaf karena masa remaja kio harus terenggut karena mama.”
“is not your fault, mum. kio bahagia bisa lahir jadi anaknya mummy. udah ah, ini lilinnya nanti keburu mati loh, mummy cantiknya kio nggak boleh nangis, okie?”
setitik air mata dari sang wanita paruh baya dihapus oleh kio. lantas pria manis tersebut tarik ibunya untuk duduk di meja ruang keluarga, mengajaknya berdoa bersama, supaya mereka diberi sebuah kerendahan hati dari tuhan, hingga mereka dapat hidup dengan baik atau bahkan lebih baik setelahnya.
cklek
saat pasangan ibu dan anak itu tengah berbahagia saling suapkan kue ke mulut satu sama lain, suara pintu terbuka. sosok pria paruh baya terlihat di sana.
itu sang ayah. atau yang biasa kio sebut dengan sebutan ‘papa’.
“kio? pulang kamu?”
kio berhentikan makannya, ia berdiri dan kemudian menunduk hormat pada sang papa, “papa,” sapanya.
“tumben kamu di sini? inget rumah kamu?”
“pa, kio lagi ulang tahun ya wajar lah dia mau rayain bareng sama keluarganya. papa ini malah kenapa?”
“yaudah terserahlah, jangan berisik. papa capek.”
capek habis minum-minum sama cewe-cewe gajelas, huh. demi tuhan, kio benci sekali dengan sang papa.
sosok pria paruh baya itu langsung pergi dari sana selepas ucapkan enam kata tadi. tak berniat untuk ucapkan ulang tahun bagi sang putra.
“mama kenapa sih masih tahan sama papa? ayo tinggal sama kio aja, ma.”
“mama cinta sama papa, kio.”
well, kio memang menyukai adanya cinta. tapi untuk yang satu ini, rasanya keterlaluan.
tumbuh besar, kio hanya tahu bagaimana rasanya dicintai oleh sosok ibu. tak pernah sekalipun ia rasakan cinta dari sang ayah. namun beruntung, kio tak pernah merasa kekurangan.
namun semenjak duduk di bangku sekolah menengah atas, kio sudah tak nyaman dengan atmosfer rumahnya, maka ia putuskan untuk tinggal sendiri di tempat yang dekat dengan sekolah.
“tapi mama nggak bahagia.”
“mummy bahagia kalau kio bahagia, ya? lagipula kalau nggak ada papa, nanti kio sekolahnya gimana, hm?”
kio tak lantas menjawab, kio bisa penuhi kebutuhannya sendiri jika ia mau, tapi mamanya tak pernah mengijinkan.
bahunya kemudian ditepuk dengan lembut oleh sang mama, “katanya kio mau masak buat mama? mana? mama rindu masakan kio.”
singkirkan segala rasa kesalnya, kio kemudian tersenyum, “iya mama, kio pakai dapurnya ya.”
“nggak perlu ijin kio, ini juga rumah kamu.”
sembari berlalu dari hadapan sang ibu, kio menghela nafas. such a great birthday. happy birthday, kio.